Cangkul buatan China banyak dijumpai di sejumlah penjual peralatan bangunan dan pertanian di Kabupaten Semarang. Cangkul impor ini menjadi primadona masyarakat karena memiliki harga yang lebih murah dibandingkan cangkul buatan lokal.
Sempat dikritik oleh Presiden Joko Widodo mengenai cangkul import ini. Jokowi mengkritik pengadaan cangkul oleh kementerian dan lembaga yang diimpor dari luar negeri. Padahal, produk tersebut bisa diproduksi dari usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dalam negeri.[caption id="attachment_246864" align="alignnone" width="900"] Cangkul import dari bahan baja cor(Foto: ANTV/Aditya Bayu)[/caption]Ternyata kini cangkul import menjadi salah satu pilihan utama masyarakat di Kabupaten Semarang, selain harganya yang terjangkau, cangkul import dari Thailand dan China dikenal lebih murah karena dari baja cor.Sebenarnya kualitas cangkul lokal masih lebih baik dari cangkul import jika digunakan untuk pertanian, namun karena rentang harga yang cukup jauh, menjadikan cangkul import pilihan masyarakat saat ini.Harga cangkul import di pasaran saat ini berkisar antara Rp100 ribu hingga Rp150 ribu. Sedangkan untuk canhkul lokal dengan kualitas terbaik dijual seharga Rp180 ribu hingga Rp400 ribu tergantung jenis cangkul dan daerah pembuatnya.Daerah pembuat cangkul lokal dengan kualitas terbaik di Jawa Tengah berasal dari Wonosobo, Boyolali dan Klaten. Sedangkan cangkul import yang banyak beredar di pasaran saat ini berasal dari Thailand dan China.“Untuk membedakan cangkul lokal dan import sangat mudah, jika cangkul import biasanya terbuat dari bahan baja cor, sedangkan cangkul lokal biasanya terbuat dari baja tempa, “ ujar penjual cangkul, Yohanes.Untuk para pembeli cangkul import biasanya digunakan untuk keperluan bangunan, kerja bakti dan keperluan diluar pertanian. Sedangkan cangkul lokal sangat cocok digunakan untuk sektor pertanian, karrna memiliki bentuk yang lebih panjang dan permukaan yang licin dan lebih kuat.Aditya Bayu | Kabupaten Semarang, Jawa Tengah
Baca Juga :