Panas-dingin Gombal Award, Pesta-pora Pura-pura?

Panasdingin Gombal Award, Pesta Pora Pura-pura?
Panasdingin Gombal Award, Pesta Pora Pura-pura? (Foto : )
Panas-dingin Gombal Award! Penghargaan bagi acara televisi. Kini  masih dikampanye. Pesan pendek berbayar digencar. Banyak stasiun televisi berlomba meraih sanjung. Berpesta-pora menikmati canda korporat sono. Nah! Apakah penghargaan acara televisi ini obyektif?   
Mentari bersinar terang. Gunung Kedut tampak gagah dan cerah. Penduduk lereng gunung kembali meladang dengan suka cita. Kampung Kenyot kembali damai. Hiruk pikuk pesta rakyat telah usai. Ketua Rukun Warga telah terpilih (lagi dan lagi). Sastro Prawiro namanya. Pemilik “Omah Bacot” ini langganan jadi ketua rukun warga. Mungkin karena masyarakat Kampung Kenyot kebanyakan nonton acara pilih-pilihan jagoan dan acara teve di negeri Nusantara. Di negeri itu, jagoan teve yang berkali kali menang namanya Arief Suditomo. Setelah itu singgasana presenter berita RCTI digantikan Putra Nababan. Nah! Setelah itu Putra Nababan yang langganan menang. Begitu dia hengkang ke MetroTV, posisi terhormat itu diambil rekannya di RCTI, Michael Tjandra. Michael Tjandra ini baru sekali masuk nominasi langsung jawara! Wow! “Kok begitu?” tiba-tiba Joker bertanya. “Kapan datang kamu, Jok?” tanya Mbah Sastro. “Sudah satu jam lalu!” jawabnya seraya mengulang pertanyaannya,”Kok begitu?” “Itu acara pilih-pilih jagoan teve siapa yang bikin?” tanya Mbah Sastro. Joker tertawa terkekeh. Dia paham acara pilih-pilih jagoan teve itu bikinan RCTI. Tentu saja yang dimenangkan adalah acara maupun presenter RCTI dong. Arief, Putra dan Michael kan jagoannya RCTI. Coba lihat Jeremy Tety. Kurang keren apa coba? Konon sudah lima kali masuk nominasi sebagai presenter berita terfavorit di ajang itu, tapi tetep saja penyiar SCTV itu kalah melulu. Barulah tahun 2014 terpilih sekali. Biar enggak gitu-gitu amat, tahun 2018 presenter KompasTV, Aiman Witjaksono juga dimenangkan sebagai presenter berita terfavorit. “Masih ada lagi yang heboh, Jok! Banyak acara sinetron yang isinya marah-marahan, pamer kekayaan, cinta-cintaan jadi favorit loh!” celetuk Mbah Sastro. Saat pemilihan pemenangnya bikin "panas dingin". Saat mengetahui hasilnya, Gombal! Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata Gombal ada dua yaitu kain yang sudah sobek-sobek dan omong kosong. Oh iya, di negeri Nusantara, ajang pilih jagoan teve itu namanya Panasonic Gobel Award. Sebelum itu namanya Panasonic Award. Pertama kali digelar pada 1 Juni 1997. Disiarkan selama 3 tahun oleh Indosiar. Tahun 2000 pindah tayang ke RCTI. Sejak tahun 2003 ditayangkan bersama oleh TVRI, RCTI, MNCTV, MNC Channels, iNews dan Global TV (GTV). Sejak 2004 pemilihan dilakukan melalui survei Nielsen Media Research dan hasilnya ditabulasi oleh Ernst & Young. Itu baru milih presenter terfavorit. Belum lagi memilih program acara televisi. Mari kita tengok tahun 2011. Trans Corp memboikot penyelenggaran PGA 2011 dan 2012. Acara ini dituding hanya memberikan proporsi besar kepada tayangan program milik MNC Group (RCTI). MNC Grup memutuskan untuk mengakhiri kontrak dengan PGA di tahun 2018. Sejak tahun 2019 acara ini kembali tayang di Indosiar. “Wah, pasti dari kelompoknya Indosiar dong yang menang?!” seru Joker. “Yo mbuh, silakan tanya Mbah Google,” jawab Mbah Sastro.
Pesta Pora Pura-pura? Di negeri +62 ini banyak orang pinter, kreatif, cerdas. Industri pertelevisian juga industri kreatif. Untuk mendongkrak rating dan share mesti kreatif. Kreatif itu bisa dari konten yang berbobot, inspiratif. Juga bisa dari kemasan yang menampilkan gambar indah. Nah! Acara keren dengan konten inspiratif dan gambar yahud seringkali kalah dengan acara abal-abal. Persoalan rating dan share. Tambah lagi acara penghargaan-penghargaan yang katanya cuma sekedar akal-akalan. Pesta pora pura-pura! Dikemas seolah-olah. Ya, seolah-olah ajang penghargaan kreatif bagi acara dan praktisi pertelevisian. Banyak yang keblinger. Banyak pula yang naif. Banyak jua yang tidak peduli. Mereka yang keblinger melihat betapa baiknya korporat di sono. Rela menggelontorkan duit tidak sedikit. Mendatangkan para artis meramaikan acara. Pun rela berbagi untuk memberi penghargaan bagi acara dan praktisi pertelevisian. Mereka yang naif melihat betapa besar hati korporat sono. Mendukung perkembangan kreatif dunia layar kaca. Siapa Untung? Mereka yang tidak peduli tertawa terbahak-bahak. Ah itu kan katanya cuma akal-akalan. Siapa yang diuntungkan? Joker melongo, pikirannya melayang ke perusahaan yang namanya dipakai untuk ajang penghargaan ini. Panasonic! Gelontoran duit yang tidak sedikit itu adalah investasi. Ya, untuk memopulerkan merk Panasonic dong. Semacam hipnoterapi via televisi gitulah. Telinga masyarakat terbiasa mendengar kata Panasonic. Mendatangkan artis itu untuk mendongkrak jumlah penonton pada jam siaran saat itu. Melumat program acara televisi lain. “Yah, salah sendiri mengapa mau dilumat. Bikinlah acara yang heboh begitu. Atau ikutan menyiarkanlah, ambil bagian untuk dapetin penonton,” kata Joker. Es teh setengah manis diseruput. Sejumput tembakau diletakkan di atas kertas linting. Ditabur kemenyan. Dilinting jadi sebatang rokok. “Penghargaan dan nilai tertinggi tertinggi sebuah karya adalah apresiasi masyarakat. Lebih baik tidak menerima penghargaan piala apapun, namun acaranya diterima dan disukai masyarakat. Dinikmati di hati banyak penonton. Jadi obrolan positif banyak orang,” tegas Mbah Sastro. Joker mengangguk-angguk. “Nah, bagi kalian para personel kreatif tayangan televisi, masih butuh segala macam award atau penghargaan begini?” “Trus bagi kalian yang sudah kirim SMS dapat hadiah apa?” cibir Mbah Sastro seraya tersenyum. “Kan saya diperintah atasan saya, Mbah!” Panasdingin Gombal Award, Pesta Pora Pura-pura?