Anjoknya harga bawang merah di Nusa Tenggara Barat karena banyaknya praktek tengkulak dan mafia bawang merah, sehingga pemerintah pusat dituntut untuk menghilangkan praktek tersebut.
Sejumlah massa yang menamakan dirinya Alaram Bima terpantau melakukan aksi mahasiswa dan masyarakat berdemonstrasi di depan Kementerian Pertanian Jl. RM. Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (28/10/2019) siang .Aksi Aliansi masyarakat dan mahasiswa Bima (Alaram Bima) keduanya ini tetap menuntut peran serta pemerintah dalam menstabilkan harga bawang merah dan menurunkan mahalnya obat-obatan pertanian di Bima, Nusa Tenggara Barat.Dalam tuntutan yang dibacakan oleh Muhammad Nur Dirham selaku petani bawang merah dan aktifis sosial terucap harapan agar pemerintah pusat melalui Kementrian Pertanian, memperhatikan kebijakan pemerintah daerah dalam usaha menstabilkan harga bawang merah dengan meminta dikeluarkannya perda standarisasi harga pembelian bawang merah, di tingkat petani dengan mengacu pada undang-undang no.58 tahun 2018, tujuannya agara petani tidak menjadi korban keganasan pasar atas anjloknya harga bawang merah.Selain itu aksi Alaram Bima juga menuntut diturunkannya harga obat-obatan pertanian seperti pestisida, peptisida dan fungisida, massa juga meminta pemerintah pusat menghentikan impor bawang merah dan meminta Bulog membeli hasil pertanian bawang merah dari petani kabupaten Bima, NTB.[caption id="attachment_243241" align="alignnone" width="1032"]
Mahasiswa diterima Pihak Kementrian Pertanian (foto : Al Abiem sangaji - Peserta Aksi)
[/caption]Perwakilan aksi sempat diterima oleh Ibu Mutiara Kepala seksi pengembangan bawang merah Dirjenholtikultura kementrian pertanian RI, tuntutanpun disampaikan dengan tambahan tuntutan meminta pemerintah pusat menghentikan dan mengevaluasi bantuan anggaran pengadaan bibit jagung.