“Kalian beruntung ada 11 ekor Cendrawasih. Biasanya Cuma sekitar 5-7 yang keluar,” kata Edwin.Baiklah saya ralat pikiran saya yang tadi. Ini bukan kali pertama dan terakhir saya mencari Cendrawasih. Keindahannya membuat terbayar lunas letih selama perjalanan.Menurut Edwin untuk membedakan Cendrawasih betina dan jantan sangat mudah. Cendrawasih jantan memiliki tubuh lebih besar serta punya kabel di badannya. Sedangkan cendrawasih betina ukurannya lebih kecil dan tidak punya kabel.“Kabel itu beda dengan ekor. Kalau diperhatikan akan terlihat ada kabel pada yang jantan,” jelas Edwin.Edwin menjelaskan burung cendrawasih yang kami liat adalah jenis Cendrawasih merah. Kalau yang Wilson, kami masih harus berjalan jauh ke dalam hutan.Setelah puas melihat cendrawasih kami pun memutuskan untuk turun. Di bawah rumah pohon kami bertemu dengan adik ipar Edwin. Namya Alvian. Alvian seorang pria asli Palu, Sulawesi Tengah. Alvian ini lah yang menjaga Cendrawasih yang barusan kami liat. Alvian mengabdikan hidupnya untuk Cendrawasih di Warkesi. Setiap harinya Alvian menyediakan biji-bijian untuk makan Cendrawasih. Ia juga memberi cendrawasih buah merah, agar tetap sehat.“Saya taunya buah merah bagus untuk kesehatan. Saya coba beri Cendrawasi ternyata mereka suka. Makanya saya selalu sediakan buah merah untuk mereka. Karena ukuran buah merah besar semingguan baru habis” jelas Alvian.Tak hanya makanan Alvian juga menyediakan minum untuk Cendrawasih. Kecintaan alvian pada Cendrawasih membuatnya rela melepas pekerjaan di kapal dan mendedikasikan diri memelihara dan melestarikan Cendrawasih.“Sudah setahun saya menjaga Cendrawasih di Warkesi. Setiap hari naik turun bukit untuk liat Cendrawasi”.Hebat. Di jaman yang semakin komersil ini masih ada orang dengan jiwa sosial yang sukarela menjaga Cendrawasi di tengah hutan. Tak lagi banyak tapi masih ada.Bagaimana anda berminat untuk melihat Cendrawasih di alam bebas? Anda bisa hubungi sahabat saya Edwin. ini nomor kontaknya 0821-99692626Ayo ke Raja Ampat.