Miris, Satu Kampung Tak Mau Hadiri Undangan Pernikahan, Kok Bisa?

Miris, Satu Kampung Tak Mau Hadiri Undangan Pernikahan, Kok Bisa
Miris, Satu Kampung Tak Mau Hadiri Undangan Pernikahan, Kok Bisa (Foto : )
Kisah sedih dialami seorang janda asal Desa Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah, bernama Suhartini (50), yang harus menahan pilu dan malu, seusai hajatan pernikahan anak bungsunya Tak dihadiri undangan.
Pernikahan Dwi Sri Suwarni anak Tini, panggilan akrabnya, dengan Eko Jatmiko, diboikot warga, dan ternyata alasannya cukup mengejutkan yakni Tini dituduh beda pilihan saat Pilkades yang diselenggarakan 5 September 2019 lalu."Ibu bukan kader, bukan timses, tidak mencolok, kawan sana kawan sini, ia saja hanya buruh tani biasa dan ibu rumah tangga," tutur putri sulung Tini, Siti Aminah."Kalau gak kerja, ibu cuma bantu jaga warung kakaknya, bungkusi atau apa," imbuhnya membeberkan.Ditambahkan Siti, kejadian pemboikotan itu sudah tampak sejak malam klumpukan ulem atau pembuatan undangan pada selasa atau sepekan lalu."Sebelum klumpukan ulem, sekitar hari rabu, ibu itu datang ke Pak RT biasalah silaturahmi mau minta tolong untuk membantu ngurus hajatan, namun, Pak RT kemudian mengalihkan ke wakil karangtaruna," kata Siti.Sementara menurut Tini, saat bertamu ke rumah wakil karang taruna, dan menanyakan soal undangan yang diboikot warga, Tini malah kaget saat mendengar jawaban wakil karang taruna itu."Dia malah kaget dan mengatakan, bukan, aku cuma wakil hanya laden (pesuruh), aku cuma ikut apa yang dikatakan ketua,kemudian kondisi ini saya sampaikan saat kumpulan keluarga, sekaligus minta pertimbangan dari kakak-kakak saya, terlebih saya sudah ndak ada suami," ujar Tini.[caption id="attachment_239811" align="aligncenter" width="900"] Suhartini dan anak pertamanya, Siti di rumahnya RT 013 Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen (Foto: Istimewa) Suhartini dan anak pertamanya, Siti di rumahnya RT 013 Desa Jetak, Kelurahan Hadiluwih, Kecamatan Sumberlawang, Sragen (Foto: Istimewa)[/caption]Lebih jauh Siti menuturkan, ada oknum yang mengintimidasi saat warga hendak datang ke acaranya dan intimidasinya berupa teriakan."Banyak yang gak datang, ada yang bilang di jalan diteriaki gak boleh datang oleh sejumlah oknum, gak usah ke sana (hajatan) intinya, padahal sampai sekarang, ibu saya itu gak tahu salahnya apa," tutur Siti.Selama ini, menurut Tini, mereka bersikap baik-baik saja sebagai warga RT dengan membaur dan bersosialisasi dengan warga lainnya."Ibu itu aktif ikut arisan, ikut gotong royong, sebagai warga RT, ia melakukannya dengan baik, walau ndak ada suami, kok masih digituin, tapi biasanya pak RT bisa menyelesaikan, ini kok enggak," ujar Siti.Yang paling menyakitkan bagi Tini dan Siti adalah saat membagikan nasi dengan berkunjung kepada para tetangga dengan berjalan kaki, ada yang menolak dan kalaupun ada yang mau menerima, pasti langsung diambil oleh oknum yang mengintimidasi."Ada yang menolak, ada yang menerima tapi kemudian diambil oknum tertentu, oknum itu datang ke rumah kami mengembalikan nasi itu tanpa ngomong apa-apa terus pergi begitu saja," terang Siti.Begitu juga saat keluarga Tini yang meminta bantuan untuk menjadi penerima tamu, banyak warga yang menolak mentah-mentah."Saat ibu meminta bantuan tetangga untuk membantu rewang (penyaji tamu undangan) mengalami penolakan, tanpa tahu sebabnya," imbuhnya.Beruntung masih ada yang mau membantu keluarga Tini meski itu berasal dari dukuh atau desa tetangganya yang prihatian atas nasib yang dialami keluarga Tini."Ada banyak pihak yang denger, kemudian mau terpanggil untuk membantu," ujar Siti.Pernikahan Dwi Sri Suwarni dengan Eko Jatmiko sendiri dilangsungkan di depan rumah Tini, Dukuh Jetak, Desa Hadiluwih, Sumberlawang, Sragen, pada Rabu (16/10/2019) malam lalu."Alhamdullilahnya, hajatan sudah dilaksanakan dengan baik, walaupun ada halangan seperti itu," tutur Siti.
Dari Berbagai Sumber