Finalis Kompetisi Bola Basket IBL musim lalu, Satria Muda Pertamina Jakarta merekrut Pelatih asal Serbia Milos Pejic. Pria berusia 50 tahun ini ditargetkan membawa Satria Muda Pertamina menjuarai IBL musim 2020 yang akan mulai bergulir Januari tahun depan.Karir pelatih Milos sudah malang melintang di Eropa Timur dan juga pernah merambah Asia. Seperti Timnas Iran Usia 18 tahun pada 2014. Di Eropa beberapa negara yang pernah di arsitekinya Serbia, Georgia, Makedonia, Montenegro sampai Bosnia."Tentunya tantangan yang ada di sini akan berbeda jika dibandingkan dengan apa yang biasa saya hadapi sebelumnya. Namun saya siap dan antusias untuk menjawab tantangan ini,” kata Milos Pejic.Pejic mengaku sempat berdiskusi dengan manajemen dan juga presiden klub Erick Thohir. Pada satu bulan pertama, ia akan lebih banyak melakukan observasi, melihat apa saja yang perlu dibenahi dan ditingkatkan untuk membawa SM Pertamina ke arah yang lebih baik lagi.Sebagai pemain di tahun 1982-2001, Milos Pejic bermain di Serbia dan Yugoslavia sebagai small forward. Dan pelatihnya adalah Rajko Toroman, yang kini menjadi pelatih timnas Indonesia.Erick Thohir mengatakan, selama tiga tahun terakhir, SM Pertamina kehilangan beberapa pemain yang pensiun dari tim, seperti Christian Ronaldo Sitepu, Rony Gunawan, dan Vamiga Michel. Hingga, hanya tersisa pemain-pemain muda di tim Satria Muda. Ditambah lagi pada musim kompetisi mendatang timnas basket Indonesia akan berkompetisi secara penuh di liga, membuat empat hingga enam pemain SM Pertamina tak bisa membela klub karena harus memperkuat tim Merah-Putih.“Kehadiran tim nasional dalam liga merupakan realitas yang harus kita dukung, tetapi Satria Muda sendiri harus tetap berkembang. Melihat situasi ini, di mana banyak pemain muda yang ada di tim Satria Muda, mengapa tidak sekalian kami perbaiki fundamental dari pemain-pemain kami supaya dalam 1-2 tahun ke depan, mereka bisa lebih siap lagi,” ucap Erick.Ia mengatakan, ini kesempatan bagi pemain-pemain seperti Sandy Ibrahim, Christian Gunawan, Rizal Falconi, Krsitian Liem, dan pemain-pemain lain yang menit bermainnya terbatas untuk membangun kemampuan mereka supaya dapat bermain dengan lebih baik.“Secara umum, basket modern saat ini mengalami perubahan gaya permainan. Seperti pada Piala Dunia FIBA yang lalu, Amerika Serikat yang dihuni pemain-pemain berbakat sempat keteteran ketika menghadapi tim-tim dari Eropa dan Amerika Latin yang menggunakan sistem bermain kolektif. Mengapa Satria Muda tidak bisa mempelajari sistem-sistem baru yang baik, dan kami menjadi tempat pengembangan juga agar dapat berkontribusi kembali bagi basket nasional, tidak hanya pemain, namun juga sistem permainannya,” papar Erick Thohir.
Baca Juga :