Gotong
. Besar kemungkinan, beberapa wanita yang direkrut sebelumnya di wilayah Banten pun dipertukarkan.Tahun 1286, sebagai tanda takluknya Dharmasraya kepadanya, Raja Kertanegara penguasa Singosari kembali mengutus rombongan untuk mengirimkan arca Amoghapasha kepada penguasa Dharmasraya. Rombongan ini banyaknya 14 kapal beserta 7 pengiringnya.Setiba di Dharmasraya, rombongan ekspedisi kedua ini tidak menemukan lagi Indrawarman dan anggotanya di Dharmasraya. Karena kembali ke Singosari tanpa menemukan rombongan Indrawarman adalah kegagalan dan sudah barang tentu akan diganjar hukuman, rombongan ini pun mencoba menyusuri pesisir pantai Sumatera ke arah utara.Dengan informasi dari para pelaut dan masyarakat yang ditemui akhirnya mereka bisa menemukan rombongan Indrawarman di Pamatang Silou. Nama yang diberikan oleh rakyat nagur untuk daerah permukiman yang didirikan oleh Indrawarman dan rombongan ekspedisi Pamalayu yang pertama.Mengingat kata Silou atau yang menyerupai kata itu tidak dikenal dalam bahasa jawa, bahasa asal rombongan Indrawarman, nama silou kemungkinan diberikan oleh masyarakat Nagur mengingat orang-orang dalam rombongan Indrawarman tersebut seperti hewan dua alam yang mereka kenal yakni silo-silo atau dalam bahasa Indonesia berang-berang, hewan yang lincah di darat maupun di air.Pertemuan kedua rombongan ini, rombongan ekspedisi Pamalayu yang pertama dan rombongan ekspedisi Pamalayu yang kedua, tentunya menimbulkan ketegangan. Rombongan kedua tidak mungkin kembali ke Singosari tanpa membawa serta rombongan pertama. Karena itu adalah kegagalan yang sudah barang tentu mendapat ganjaran hukuman. Demikian pula halnya dengan rombongan pertama, rombongan yang dipimpin oleh Indrawarman, kembali ke Singosari sama saja bunuh diri karena sudah meninggalkan tugas di Dharmasraya. Satu-satunya jalan bagi rombongan kedua agar bisa kembali ke Singosari tanpa mendapat hukuman adalah membantai rombongan pertama.[caption id="attachment_234620" align="alignnone" width="720"] Gotong Porsa, berwarna putih, dipakai saat acara Sayur Matua. Perkabungan orang tua yang sudah punya cucu dari anak laki maupun perempuannya. (Foto: Juandaha Raya Purba)[/caption]Dalam dongeng atau legenda di sekitar Simalungun hingga sekarang tidak terdengar adanya cerita yang mengisahkan 2 rombongan pendatang yang saling bantai. Dan mengingat bahwa para pemimpin kedua rombongan ini adalah ahli politik dan diplomasi, kemungkinan yang terjadi adalah sebuah perjanjian rahasia. Rombongan kedua kembali ke Singosari dengan memberi kabar kepada Raja Singosari bahwa rombongan pertama yang membangkang dengan meninggalkan tugas di Dharmasraya telah habis dibantai. Sementara rombongan pertama yang dipimpin oleh Indrawarman, berpencar meninggalkan pusat perkampungan Silou, yakni Pamatang Silou dengan melepas identitasnya sebagai orang Jawa atau Sunda dan membaur dengan masyarakat Nagur.Melalui rangkaian kejadian itu destar batik yang dibawa rombongan ekspedisi pamalayu dari jawa dan sempat tersosialisasi di Dharmasraya dengan nama deta, akhirnya ada dalam masyarakat nagur atau Simalungun sekarang dengan nama baru, gotong. Demikian juga seni nyinden dari jawa yang sempat tersosialisasi di masyarakat Dharmasraya dan sekarang disebut taliwang, tersosialisasi bersama seni nyinden banten atau sunda di masyarakat Nagur hingga sekarang dengan nama yang baru, taur-taur. Selain itu, destar putih yang biasa digunakan masyarakat banten dahulu, tersosialisasi hingga kini di bekas wilayah Nagur, di masyarakat Simalungun, dengan nama gotong porsa.Rombongan ekspedisi pamalayu yang kedua tiba kembali dengan selamat di Singosari pada tahun 1294, sepuluh hari setelah kepergian bangsa Mongol dari Singosari.Batik Day, 02/10/2019
Oleh: Julvanal Sinaga (Uttok Sondi)
Baca Juga :