Kebakaran hutan dan lahan di Gunung Merbabu hingga kini belum bisa diatasi. Pemerintah Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah menetapkan status darurat hingga Kamis, 26 September mendatang.
Status darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lereng Gunung Merbabu telah ditetapkan Pemkab Boyolali. Hingga kini sejumlah titik api masih terlihat di wilayah Ampel, Boyolali. Lahan yang terbakar sudah mencapai 500 hektar lebih.
Kebakaran di lereng gunung Merbabu tak hanya berdampak pada hangusnya vegetasi namun juga merusak pipa saluran air untuk beberapa dusun. Sekira 1,5 kilometer pipa air bersih yang menyalur ke rumah-rumah warga telah rusak.
Kebakaran hutan Taman Nasional Gunung Merbabu ini juga mengancam habitat satwa endemik. Salah satunya satwa
Rek-rekan Presbytis Fredericae. Satwa ini hanya hidup di kawasan hutan wilayah Kecamatan Ampel dan Selo, Kabupaten Boyolali. Bahkan di lereng Gunung Merapi pun tidak ada. Hewan ini biasanya hidup secara berkelompok. Satu kelompok ada sekitar 10-20 individu. Diperkirakan, jumlahnya kini tinggal belasan ekor saja.
[caption id="attachment_231493" align="aligncenter" width="1024"] Rek-rekan (Presbytis fredericae) | Muhammad Abid | Flickr.com[/caption]
Selain Rek-rekan, satwa liar di hutan wilayah Ampel yakni lutung dan elang Jawa. Serta satwa-satwa liar lainnya.
Sedangkan vegetasi yang terancam adalah tumbuhan khas pegunungan berupa sabana, bunga Eidelweiss Anaphalis Javanica, serta Cantigi. Sedangkan tanaman keras yang sudah terbakar antara lain pinus, akasia, dan puspa.
Hingga kini belum diketahui di mana titik api muncul beserta penyebabnya. Dipastikan jalur pendakian Gunung Merbabu masih ditutup. Upaya pemadaman juga terus berlasung dan melibatkan banyak pihak seperti BPBD, TNI/Polri, Relawan dan pihak Balai Taman Nasional Gunung Merbabu.
Agus Saptono | Boyolali, Jawa Tengah
Baca Juga :