Semasa hidupnya, BJ Habibie banyak meninggalkan kenangan dengan sejumlah tokoh dunia. Salah satunya dengan Presiden kesepuluh Filipina Ferdinand Marcos. BJ Habibie mengaku pernah dibujuk Ferdinand Marcos.
Semasa masih bekerja di MBB Jerman, BJ Habibie pernah ditugaskan berangkat ke Filipina bersama Herr Kurt Pfleiderer, pimpinan Divisi Konstruksi dan Produksi Helicopter MBB pada awal Januari 1973. Saat itu Habibie sudah menjabat sebagai pimpinan Pengembangan dan Penerapan Teknologi Canggih MBB.Misi mereka berdua adalah untuk meyakinkan Presiden Ferdinand Marcos bahwa teknologi pembuatan helikopter BO 105 dan rudal anti tank HOT yang dapat diluncurkan dari helikopter dapat ditransfer ke perusahaan Filipina.Seperti dikutip buku biografi Habibie & Ainun, kedua pimpinan MBB ini mendarat di Manila sesuai jadwal dan disambut seorang perwira muda Angkatan Bersenjata Filipina. Saat akan keluar dari pesawat, tiba-tiba perwira itu langsung menanyakan nama Habibie ke seorang pramugari.“Dimana Dr Habibie?,” tanya perwira itu. Ketika mendengar namanya disebut, Habibie langsung maju memperkenalkan diri dan kawannya. Perwira itu pun kemudian mempersilahkan keduanya masuk ke mobil dan segera bergerak ke Istana Malacanang.Di Istana Malacanang, Habibie dan Pfleiderer disambut Secretary Alexander Melchior dan sejumlah perwira muda lainnya. Dengan antusias mereka ingin meminta penjelasan lebih rinci keunggulan helikopter BO 105 dan rudal anti tank HOT.Sewaktu diskusi berlangsung, tiba-tiba datang seorang anggota Protokol Presiden yang menyampaikan Presiden Marcos hanya berkenan menerima Habibie seorang diri. Kemudian Habibie dipersilahkan masuk ke kantor Presiden Marcos, meninggalkan Pfleiderer bersama perwira muda lainnya.
Selamat Datang di Antara Bangsamu
Setibanya di ruang tamu bersebelahan dengan ruang kerja Presiden Marcos, Habibie dipersilahkan duduk sebentar. Menurut Habibie, ruang kerja Marcos besar, dingin dan agak gelap, kecuali di tengah ruangan. Presiden Marcos dengan wajah bersinar dan senyuman simpatik mengulurkan tangan ke Habibie.“Selamat datang di antara bangsamu Dr Habibie,” kata Presiden Marcos.Habibie langsung kaget dengan ucapan Presiden Marcos. Ia juga menyadari di ruangan yang agak gelap itu juga berdiri beberapa anggota pengamanan.“Bapak Presiden, saya bukan orang Filipina, saya orang Indonesia,” kata Habibie.“Dokter Habibie adalah putra ASEAN dan kebanggaan kita semua,” jawab Presiden Marcos.Setelah semua pertanyaan rutin mengenai tugas dan tanggungjawab di MBB dijawab Habibie, Presiden Marcos menjelaskan pentingnya penguasaan teknologi canggih di abad mendatang. Oleh karena itu ia telah berinisiatif mendirikan pusat keunggulan dan teknologi canggih di Manila, yang dimulai dengan mendirikan industri dirgantara.Presiden Marcos juga mengatakan telah bertemu dengan Direktur Utama MBB Dr Ludwiq Bolkow soal teknologi canggih dan penerapannya. Dari situlah ia mendengar banyak tentang Habibie dan membujuknya untuk bergabung.“Prestasi dan pengalaman Dr Habibie nyata dan sudah waktunya Anda membantu membangun ASEAN. Oleh karena itu saya harapkan Dr Habibie menerima tawaran saya untuk ikut membangun dan memimpin pusat keunggulan teknologi canggih dalam bentuk industri dirgantara di Manila,” kata Presiden Marcos.Saat itu Habibie tidak langsung menjawab ajakan Presiden Marcos. Ia meminta waktu berkonsultasi dulu dengan keluarga dan pimpinan di MBB. Dua pekan kemudian, Habibie menolak ajakan Presiden Marcos. Menurut Habibie, satu-satunya alasan menolak tawaran tersebut adalah ia pernah berjanji hanya akan pindah dari tempatnya bekerja di Jerman, jika hanya pulang ke Indonesia, negeri yang sangat dicintainya.Baca Juga :