Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie, wafat, Rabu (11/9) petang sekitar pukul 18 05 WIB, di usia 83 tahun, hampir bersamaan dengan kumandang Adzan Maghrib di Jakarta dan sekitarnya. Kepergian Habibie meninggalkan banyak kesan buat banyak orang. Salah satunya Hendrawan, salah seorang pemain bulutangkis Indonesia yang beberapa kali membawa nama harum Indonesia, karena capaian prestasi internasionalnya di berbagai arena pertandingan.Momen yang akan selalu dikenang Hendrawan bersama Habibie, adalah saat menjuarai Piala Thomas 1998.Kemenangan Indonesia di kejuaraan dunia bulutangkis beregu putra itu punya cerita menarik. Saat itu mereka pergi dilepas Presiden Soeharto dan kemudian pulang sebagai juara dengan disambut oleh Presiden Habibie.Indonesia berhasil menjadi juara Piala Thomas dalam kondisi dan situasi yang sulit. Ketika itu, Hendrawan dan kawan-kawan harus bertanding dengan perasaan cemas di Hong Kong lantaran tengah terjadi kerusuhan massal di Indonesia.Di tengah situasi sulit tersebut, Tim Indonesia tetap mampu mempertahankan fokus di lapangan. Indonesia akhirnya menjadi juara dengan mengalahkan Malaysia lewat skor 3-2 di babak final. Ini adalah sukses Indonesia meraih Piala Thomas untuk kesebelas kalinya, saat itu. Selain Hendrawan, Tim Indonesia, saat itu diperkuat Hariyanto Arbi, Joko Suprianto, Ricky Subagja, Rexy Mainaky, Candra Wijaya, dan Sigit BudiartoDalam partai final tersebut, Hendrawan turut menyumbangkan satu angka kemenangan usai menaklukkan Yong Hock Kin dengan skor 18-14, 10-15, 15-5. Tim Piala Uber juga lolos ke final, sayang kalah 1-4 dari Cina.Setelah berhasil mempertahankan Piala Thomas, Tim Indonesia disambut oleh Habibie begitu mereka kembali ke Indonesia. Dalam pertemuan tersebut, Hendrawan masih ingat pesan yang diucapkan oleh Habibie.[caption id="attachment_228652" align="alignnone" width="300"]
Memori Hendrawan, saat menjuarai Piala Thomas 1998 di Hong Kong.[/caption]"Pak Habibie bilang, Terima kasih Tim Piala Thomas, kalian bisa menjadi juara di tengah situasi bangsa yang sedang sulit. Setidaknya bisa mengobati luka bangsa akibat kerusuhan'," kata Hendrawan mengenang peristiwa itu, dikutip dari Antara. Pria kelahiran Malang, 27 Juni 1972 itu kini menekuni karier sebagai pelatih, setelah pensiun menjadi pemain bulutangkis.Pebulutangkis Candra Wijaya menambahkan, saat itu belum ada teknologi media sosial. Jadi saat bertanding mereka benar-benar fokus tak memikirkan berbagai perkembangan berita tentang kerusuhan di tanah air."Kami ikut bangga bisa mempersembahkan sesuatu untuk bangsa. Bisa meraih juara di tengah situasi yang saat itu mencekam," ujarnya.Habibie, menjadi Wakil Presiden, dari 14 Maret hingga 12 Mei 1998. Diangkat menjadi Presiden, pada tanggal 21 Mei 1998 hingga 20 Oktober 1999.
Baca Juga :