20 tahun lalu di Istana Merdeka, Jakarta, sebuah moment spesial terjadi dalam hidup saya.Saat itu saya adalah wartawan Istana Kepresidenan yang bertugas dari era Pak Harto , Pak Habibie, Gus Dur dan Ibu Megawati.Moment spesial dengan Pak Baharudin Jusuf Habibie saat menjadi Presiden Republik Indonesia Ke – 3 . ya …. anak saya diberi nama oleh beliau.28 januari 1999, alhamdulillah anak kedua saya lahir secara normal dengan berat 3 koma 3 kilogram dan panjang 49 cm di rumah sakit Harapan Kita, Jakarta.Sebagai ayah, saya tentunya ingin memberikan sesuatu yang spesial untuk anak saya.Kalau berupa benda , mungkin sebentar rusak , hilang atau tidak dipakai lagi, akhirnya saya berfikir dan berfikir .Sampai beberapa hari, saya belum memutuskan memberinya nama siapa , meski sudah ada sejumlah nama yang saya siapkan .Dari keinginan itulah kemudian terlintas dalam fikiran saya , kenapa nggak minta nama ke Presiden ya ?, kamu kan wartawan istana, kenapa nggak dicoba aja, berhasil ya syukur, enggak ya kasih nama aja sendiri . Itulah yang ada dalam fikiran saya saat itu.Berangkat dari pemikiran itu, saya pun menemui salah satu ajudan presiden yakni Kolonel Tubagus Hasanudin. Terakhir yang saya tahu TB Hasanudin pensiun dengan pangkat Mayor Jenderal, bintang dua dan menjadi anggota DPR RI.Saat itu saya bilang,, pak saya baru punya anak kedua, Pak Hasanudin pun mengucapkan selamat, lantas saya tanyakan, pak boleh nggak minta bapak presiden yang memberi nama. Boleh jawabnya. Bikin saja surat permohonan , nanti saya ajukan ke bapak Presiden.25 Februari 1999. Acara Presiden Habibie adalah rapat DPKSH atau Dewan Penegakan Keamanan Dan Sistem Hukum, dewan yang dibentuk untuk memulihkan keamanan dan hukum pasca lengsernya pak Harto. dijadwalkan rapat selesai pukul 14.00 WIB. Tapi ternyata pukul 13.30 WIB rapat telah selesai. Wartawanpun segera mengerumuni Presiden Habibie untuk meminta penjelasan tentang masalah–masalah yang dibahas dalam rapat DPKSH yang diketuai langsung oleh Presiden.Usai wawancara prersiden (
doorstop ) saya menghampiri Kolonel Hasanudin sebagai sang ajudan, untuk menyampaikan surat permohonan saya tentang pemberian nama untuk anak saya kepada presiden.Surat itu saya simpan dalam map berwarna biru . Beliau menerima sembari berkata ok , tunggu ya.Saat itu dalam bayangan saya namanya presiden pastilah sibuk dengan berbagai urusan negara. Maka untuk permohonan saya ya mungkin butuh waktu beberapa hari, minggu atau bahkan bulan . Saya sih pasrah aja.Usai menyerahkan surat permohonan, saya menuju ke ruang wartawan yang ada di sebelah persis istana merdeka meletakkan peralatan dan bergegas ke masjid Baiturrahim di samping Istana Merdeka untuk sholat dzuhur.Sekitar 15 menit kemudian, usai sholat saya kembali ke ruang wartawan. Begitu membuka pintu seorang staf sekretariat negara bilang, mas arief ini suratnya sambil menyerahkan map biru yang sebelumnya saya serahkan kepada ajudan Presiden.Kaget , saya pikir permohonan saya ditolak . Namun saat saya buka ternyata ada kertas lembar disposisi dengan tulisan tinta berwarna merah. saya baca perlahan .Ada kop bertuliskan Sekretariat Negara dan ada beberapa catatan seperti dilarang memisahkan sehelai surat pun dari berkas yang telah disusun itu, jika mengenai rahasia bantulah memelihara kerahasiaan negara .Yang menarik adalah tulisan pak Habibie . Beliau memulai dengan kata saya usulkan. Bukan saya beri nama. Disini saya berfikir pak Habibie tetap mengedepankan, saya sebagai ayahnya lah yang memutuskan. Disposisi lengkapnya sebagai berikut:
“saya usulkan diberi nama Afifa Alma Suhaila yang artinya suci dan bercahaya lembut. Biasanya nama ada benar mempengaruhi seorang berkembang sepanjang hidupnya. Semoga bagi Afifa Alma Suhaila diberkahi Alloh subhanahuwata’ala dalam perjalanan hidupnya dan dimanapun berada memberi cahaya kesucian kepada lingkungan berdasarkan pada ajaran Al-Quran.“ Di bawahnya ada tandatangan pak Habibie dengan tanggal 25 Februari 1999.saya sangat bersyukur bisa mendapatkan nama untuk anak saya ini dari salah seorang presiden. Sesuatu yang sangat istimewa tentunya .Harapan saya semoga anak saya dapat memberikan cahaya kesucian sesuai ajaran Al-Quran .Terimakasih pak Habibie untuk sebuah kenangan yang tak terlupakan hingga akhir hayat ini dan selamat jalan semoga amal ibadahmu diterima Alloh subhanahuwata’ala, diampuni salah dan dosamu dan ditempatkan di surga-NYA. Amin ya robbal’alamin. Penulis: Arief Widoseno
Mengenang B.J Habibie, Ini Kenangan yang Tak Terlupakan
Rabu, 11 September 2019 - 22:20 WIB