Keris Mpu Gandring punya aura jahat. Haus darah! Tujuh nyawa priyayi kerajaan Singhasari direnggut. Benarkah ini ulah taksu dalam keris? Ataukah murni perebutan kekuasaan? Apapun itu, keris bertulah maut harus dimusnahkan! Kawah Kelud jadi titik pemberangusan. Mengapa kawah Kelud?
Begini … Sejak jaman Singhasari awal, aktivitas vulkanik Kelud sudah sangat luar biasa. Letusannya juga dahsyat. Memusnahkan segala tata jagat nampak pun menggoyang tata jagat gaib. Kekuatan inilah yang memikat perhatian raja Singhasari saat itu, Sri Jaya Wishnuwardhana.
Di masa pemerintahan Wishnuwardhana, Kelud dipercaya jembatan dua jagat yaitu jagat manusia dan alam nampak serta jagat gaib. Segala ritual buddhis maupun mistis rutin digelar. Keseimbangan jagat harus dijaga. Di masa inilah Singhasari mencapai kemakmuran dan kedamaian. Bagaimana situasi negeri sebelum ini? Suksesi berdarah!
Sebelum Jaya Wishnuwardhana berkuasa, ada serentetan peristiwa berlumuran darah yang mencengangkan sejarah. Pembunuhan para priyayi kerajaan.
Bermula ketika seorang pemuda bernama Ken Angrok (Ken Arok) jatuh hati pada Ken Dedes nan jelita. Ken Dedes adalah istri Tunggul Ametung, Sang Akuwu (penguasa beberapa desa) Tumapel. Tekad Ken Arok makin kuat setelah seorang Brahmana bernama Lohgawe mengatakan "sesiapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi Raja Dunia".
Bagaimana caranya? Perang taksu!
Ken Arok terprovokasi mimpi besar! Wajib hukumnya untuk mematikan aura Tunggul Ametung! Atau menyingkirkan selamanya! Bango Samparan, orang tua angkat Ken Arok kemudian memperkenalkannya pada Mpu Gandring. Sakti mandraguna, ahli pembuat keris bertaksu. Ken Arok pun memesan keris maha sakti. Mpu Gandring meminta waktu setahun.
Lima purnama berlalu, Ken Arok tidak sabar. Desa Lulumbang (Pasuruan) tempat tinggal Mpu Gandring dia datangi. Kerisnya belum jadi. Ken Arok marah. Keris itu direbut dan ditikamkan ke dada Mpu Gandring. Meskipun belum sempurna, namun keris ini sangat kuat. Mampu membelah lumpang batu milik Mpu Gandring. Keris Mpu Gandring terbuat dari bongkahan logam yang jatuh dari langit atau meteorit. Bongkahan logam itu diduga memiliki aura yang sangat kejam dan haus darah.
Suksesi BerdarahSATU! Mpu Gandring tewas. Saat meregang nyawa, sempat menulah keris di tangan Ken Arok. Akan merenggut nyawa tujuh keturunan Ken Arok, termasuk Ken Arok sendiri.
Ken Arok kembali ke Tumapel. Keris miliknya dipamerkan ke kawannya, Kebo Ijo. Keris maha sakti memikat Kebo Ijo. Dipinjamnya dan dipamerkannya kemana-mana. Semua orang beranggapan Kebo Ijo pemilik keris itu. Kebo Ijo mengiyakan.
DUA! Saat Kebo Ijo mabuk, diambillah keris itu oleh Ken Arok. Dibawanya ke pakuwon Tumapel. Menikam Tunggul Ametung. Merebut tahta Tumapel. Merebut pula Ken Dedes yang saat itu sedang hamil. Kebo Ijo jadi kambing hitam dan segera dihukum mati menggunakan keris yang sama.
TIGA! Ken Arok mengubah Tumapel menjadi Singhasari. Mengangkat dirinya raja pertama. Menganugerahi diri gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabhumi. Dengan demikian resmi adanya dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ini yang menarik! Ken Dedes tahu bagaimana Tunggul Ametung dibunuh. Pun tahu siapa yang membunuh. Ken Dendes paham namun tutup mulut. Mengapa? Ken Dedes dan Ken Arok diam-diam menjalani cinta. Matinya Tunggul Ametung membuka jalan Ken Dendes menikah dengan Ken Arok. Ken Dedes tidak mencintai Tunggul Ametung. Ken Dedes hanyalah wanita desa korban kawin paksa.
Ken Arok hanya memerintah lima tahun (1222–1227). Pada tahun 1227 Ken Arok dibunuh Ki Pengalasan dari desa Batil, orang suruhan Anusapati. Anusapati adalah anak Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Ken Arok dan Ken Dedes memperoleh tiga putra dan satu putri: Mahisa Wunga Teleng, Panji Saprang, Agni Bhaya dan Dewi Rimbu. Dari pernikahannya dengan Ken Umang, Ken Angrok mempunyai tiga putra dan seorang putri: Panji Tohjaya, Panji Sudatu, Wregola dan Dewi Rambi.
EMPAT! Anusapati tidak banyak menciptakan pembaharuan negeri. Anusapati larut dengan kesenangan sabung ayam. Rahasia kematian Ken Arok akhirnya terbongkar. Tohjoyo, putra Ken Arok dengan Ken Umang menuntut balas. Tohjoyo menjebak Anusapati ke kediamanan Tohjoyo di Gedong Jiwa untuk pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan sambung ayamnya, tiba-tiba Tohjoyo mencabut keris buatan Mpu Gandring yang dibawanya dan menusukan ke Anusapati. Anusapati Tewas.
Kendati bukan mati karena keris Mpu Gandring, kematian Tohjaya perlu dicatat sebagai rangkaian dari kisah ini. Tohjaya naik tahta menjadi Raja Singhasari. Belum genap setahun, Tohjaya tewas dalam pemberontakan yang dipimpin oleh Ranggawuni, anak Anusapati yang bersekutu dengan Mahesa Cempaka dari Kediri.
Ranggawuni naik tahta dan bergelar Sri Jaya Wishnuwardhana (1248-1268). Mahesa Cempaka turut pula memerintah dengan gelar Narasimhamurti. Pemerintahan bersama ini mampu menyatukan Singhasari dan Kediri. Negarakertagama mengibaratkan Wisnu dan Indra.
Pada jaman inilah keris bertulah bikinan Mpu Gandring dimusnahkan. Dengan ritual besar-besaran aliran Siwa Buddha, keris itu dilebur ke kawah Kelud. Musnah wujud maupun taksunya. Kutukan Mpu Gandring pun lenyap. Suksesi berdarah antara keturunan Ken Arok dan Tunggul Ametung pun berakhir.
Dari berbagai sumber.
Baca Juga :