Memasuki bulan Suro artinya berkah bagi para penjamas benda pusaka atau benda purbakala. Dan pula, saatnya mandi bagi keris, pedang, tombak dan segala benda pusaka kuno peninggalan leluhur.
Istilah ini dikenal dengan Jamasan. Seorang penjamas pusaka dari Kabupaten Magetan, Jawa Timur, adalah salah satu yang kebanjiran order mencuci berbagai pusaka dari berbagai daerah. Namanya Mbah Sumargono. Ia tinggal di jalan Kalimantan, Kelurahan Kepolorejo, Kota Magetan.
Bapak empat anak ini menekuni profesi penjamas keris dan tombak sudah 37 tahun lamanya. Profesi penjamas ia tekuni sejak dirinya berada diperantauan. Mbah Margono, sapaan akrabnya, hobi melihat benda pusaka maupun purbakala.
Dari sinilah Mbah Margono memulai profesi sebagai penjamas benda pusaka hingga sekarang. Jamasan tujuan sejatinya adalah menjaga keawetan pusaka maupun benda purbakala agar tidak berkarat ataupun lapuk. Namun kemudian menjadi ritual wingit/mistis terkait isi dalam benda pusaka itu.
Untuk menjamas satu pusaka, Mbah Margono mematok tarif mulai Rp50-100 ribu tergantung tingkat usia dan kesulitan untuk merawat pusaka itu. Mbah Margono juga seorang kolektor pusaka. Ia punya koleksi berbagai keris dan tombak. Selain menjadi penjamas, Mbah Margono juga seorang kolektor pusaka. Ia punya koleksi berbagai keris dan tombak.
Ada Kidang Mas, Carangsoko, Pendowo Tilam Upe, Tilam Sari, Jalak Ngore, Tombak Kiai Maget yang pernah digunakan semasa jaman kerajaan masa lampau.
Beberapa koleksi keris Mbah Margono. Kidang Mas, Carangsoko, Pendowo Tilam Upe, Tilam Sari, Jalak Ngore, Tombak Kiai Maget. Saat bulan Suro seperti sekarang ini, Mbah Margono panen berkah. Ia mamu mencuci atau menjamas keris hingga mencapai 50 pusaka milik warga dari berbagai daerah di Magetan maupun luar kota.