Bepetualang Mencari Ulat Sagu di Tana Papua (Bagian 2)

Bepetualang Mencari Ulat Sagu di Tana Papua (Bagian 2)
Bepetualang Mencari Ulat Sagu di Tana Papua (Bagian 2) (Foto : )
Butuh perjuangan untuk sampai ke tengah hutan rawa tempat pohon sagu tumbuh.
newsplus.antvklik.com - Perjalanan ke dalam hutan bukanlah medan yang ringan. Jalan menuju tengah hutan licin dan penuh dengan genangan air. Genangan air mencapai betis orang dewasa. Kami harus bertumpu di pelapa- pelapa daun sagu yang sengaja dibuat oleh warga sekitar untuk mempermudah jalan ke tengah hutan.Selain licin dan berair kita juga harus siap-siap dengan lintah. Selama perjalanan dua kali kaki saya ditempeli hewan penghisap darah ini.Saran saya kalau anda ingin ke hutan rawa pakailah sepatu boots.Oiya perjalanan saya ke tengah hutan rawa kali ini tidak hanya ditemani Teroce. Dari Yobai, saya juga ditemani Milky. Menurut Milky kami beruntung tiba di hutan rawa bukan bulan Januari dan Februari karena bulan itu adalah puncak tingginya populasi nyamuk. Banyaknya nyamuk membuat jarak pandang di hutan rawa hanya lima meter.“Banyak nyamuk kalau bulan Januari dan Februari. Ini yang juga kita takuti karena bisa kena malaria. Sebaiknya kalau ke sini pake lotion
 anti nyamuk,” kata Milky.Menurut Milky pohon sagu yang siap ditebang adalah pohon sagu yang tua, yang berumur 15-20 tahun dengan tinggi sekitar 30 meter.Setelah berkeliling di hutan rawa kami mendapatkan pohon sagu yang siap ditebang. Ulat sagu memang berasal dari pohon sagu. Setelah ditebang pohon sagu dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Untuk mendapatkan ulat sagu, pohon sagu dibiarkan membusuk. Ulat sagu hidup di pohon-pohon sagu yang membusuk. Pembusukannya sekitar 3 bulan.“Kalau baru dipotong tidak ada ulat sagu. Nanti kalau batang pohon sudah busuk, ulat baru datang,” kata Milky.Ulat sagu merupakan larva kumbang merah kelapa. Ulat sagu dipercaya dapat meningkatkan stamina tubuh karena mengandung protein tinggi. Selanjutnya: Bertemu ulat sagu