Masuk Keluar Rumahnya, Ibu dan Anak Harus Panjat Tembok 2,5 Meter. Ini Penyebabnya

Masuk Keluar Rumahnya, Ibu dan Anak Harus Panjat Tembok 2,5 Meter
Masuk Keluar Rumahnya, Ibu dan Anak Harus Panjat Tembok 2,5 Meter (Foto : )
Seorang ibu dan anaknya di Jember, Jawa Timur, harus memanjat tembok setinggi sekitar 2,5 meter karena akses jalan masuk ke rumahnya, ditutup pagar dan digembok.
newsplus.antvklik.com- Senima (45) bersama anaknya yang bernama Firman (12) terpaksa harus menggunakan tangga, untuk memanjat tembok setinggi sekitar 2,5 meter, agar dapat keluar masuk rumahnya di Jalan Imam Bonjol, Jember, Jawa Timur. Ibu bersama anaknya itu, tidak dapat bebas keluar masuk rumahnya dikarenakan akses jalannya, telah dipagar dan digembok oleh seorang warga bernama Ali Mustofa, yang menganggap akses jalan dan lahan tempat berdiri rumah Senima, adalah miliknya. Tak hanya itu, di pagar juga terpasang spanduk yang menyebutkan larangan masuk bagi siapa pun ke dalam tanahnya. Jika ada yang ketahuan melanggarnya maka, Ali akan melaporkan ke Polisi. [caption id="attachment_211530" align="alignnone" width="300"]Masuk Keluar Rumahnya, Ibu dan Anak Harus Panjat Tembok 2,5 Meter. Ini Penyebabnya
Spanduk larangan., [/caption] Senima menceritakan, penutupan akses jalan rumahnya terjadi sejak suaminya meninggal dunia dua tahun lalu, dan terkait status tanah yang ditempatinya, Senima mengaku almarhum suaminya sudah membeli tanah tersebut dari seseorang bernama Sakur. Memang, atas jual beli tanah tersebut, almarhum suami Senima tak menerima bukti atau kwitansinya, karena almarhum suami Senima dan Sakur sudah bersahabat lama. “Belinya ke Sakur. Dibangun (saat itu) karena tanah kosong. Kurang ngerti harganya berapa, suami saya yang beli. Suami saya nggak banyak omong. Berapa dulu bapak beli. Jawab suami, sudah diam, yang penting kita punya tempat,” ujarnya. Senima menambahkan, penutupan jalan akses ke rumahnya berawal dari kejahatan Sakur yang menjual tanah yang sudah dibeli almarhum suami Senima, kepada Ali Mustofa, sehingga karena merasa memiliki, Ali kemudian membangun kos-kosan di atas tanah. Senima juga menceritakan, bahwa kunci pintu rumahnya dirusak Ali, sehingga harus masuk ke dalam rumahnya melalui jendela. “Sampai Pak RT, Pak Kepala Kampung sudah, semuanya sudah tapi nggak bisa (selesaikan masalah). Saya sempat diusir sama Ali dua kali (saat ke rumahnya). Alasannya, rumah harus saya kosongkan. Pindah ke mana, saya nggak mampu beli,” katanya. Nasib tragis yang menimpa wanita yang kesehariannya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga itu, membuat majikan Senima merasa iba, sehingga terkadang sang majikan memberi tumpangan tidur kepada Senima dan anaknya. Senima hanya berharap bisa beraktivitas di rumahnya sendiri seperti sediakala, dan jika harus meninggalkan rumahnya, Senima bersedia, asalkan Ali Mustofa membayar ganti rugi kepadanya. Sementara Ali Mustofa sendiri enggan berkomentar soal kepedihan Senima, bahkan saat tim liputan ANTV mencoba menkonfirmasikannya di rumahnya, Ali menolak memberikan tanggapan perihal tersebut. (Sinto Sofiadin | Jember)