Mantan Danjen Kopassus Serukan Damai Jelang Pengumuman Pilpres 22 Mei

agum
agum (Foto : )
Para mantan Danjen Kopassus melakukan pertemuan di Patio Retoran, Jakarta Selatan membahas isu penting eskalasi politik menjelang 22 Mei, saat pengumuman Pemilu 2019.
newsplus.antvklik.com - Mantan Danjen Kopassus yang hadir Jenderal TNI (Purn) Wismoyo Ariesmunandar, Jenderal TNI (Purn) H. Agum Gumelar, Jenderal TNI (Purn) Subagyo Hadi Siswoyo, Letjen TNI (Purn) Sintong Panjaitan, Letjen TNI (Purn) Kuntara, Letjen TNI (Purn) Tarub, Letjen TNI (Purn) Syaiful Rizal, Letjen TNI (Purn) Lodewijk Paulus, Letjen TNI (Purn) Muchdi Purwoprandjono. Sedangkan mantan perwira yang diundang dari unsur Pepabri dan LVRI adalah PPAD Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri, PPAL Laksamana TNI (Purn) Ade Supandi, PPAU Marsekal TNI (Purn) Djoko Suyanto, PP Polri Jenderal Pol. (Purn) Bambang Hendarso Danuri, dan LVRI Mayjen TNI (Purn) Syaiful Sulun. Selain itu, hadir pula Menkopolhukam Wiranto dan mantan Wapres Try Soetrisno. Dalam paparannya Agum Gumelar selaku Ketua Umum PEPABRI menjelaskan, PEPABRI adalah organisasi yang berwatak pejuang dan nasionalis yang mendahulukan kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara Indonesia. Menyikapi eskalasi politik menjelang pengumuman Pemilu 2019, Agum meminta semua pihak untuk dewasa dalam berdemokrasi. "Perbedaan itu hanya dalam pilihan, setelah semua proses pemilu selesai, semua unsur TNI dan Polri hendaknya bersatu kembali untuk menjaga keutuhan NKRI dengan berpegang teguh kepada Sapta Marga, Sumpah Prajurit, dan Tribrata.
"Sebagai mantan Danjen Kopassus TNI AD, kita merasa bang bahwa Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto menjadi salah satu calon presiden periode 2019-2024. Hal ini sangat membanggakan apabila yang bersangkutan dapat memenangkan Pilpres 2019 ini," katanya.
Namun, apabila yang bersangkutan kalah dalam pilpres, hendaknya dapat menerimanya dengan lapang dada. Pilpres merupakan sebuah kontes demokrasi bukan perang. "Kalau di medan perang, yang terjadi kill or tobe killed. Semantara dalam demokrasi ada yang menang dan kalah," tegas Agum. Ia berpesan kepada pihak yang kalah harus berjiwa besar dan dapat menerima keadaan dengan lapang dada. Yang menang pun harus bijaksana. "Nglurug tanpa bala, menang tanpa ngasorake," kata Agum.
Maksudnya, pihak yang menang harus bersikap rendah hati dan memeluk yang kalah untuk bersatu kembali sebagi satu bangsa.
Agum menambahkan, kepada seluruh komponen masyarakat baik yang berada di dalam tubuh Parpol, Ormas, organisasi pemuda, organisasi wanita, LSM, dan unsur-unsur lainnya agar menjaga persatuan dan kesatuan sebagai bangsa yang besar. "Dan selalu berusaha menjadi warga negara yang taat hukum serta mengimplementasikan nilai-niali luhur pancasila," tutup Agum. | Kukun Yudi Parwanto | Jakarta |