All England 2019: Hendra/Ahsan Memang Bermental Juara

Hendra-Ahsan memboyong gelar All England 2019 usai mengalahkan Chia-Yik (Mas), 11-21, 21-14, 21-12
Hendra-Ahsan memboyong gelar All England 2019 usai mengalahkan Chia-Yik (Mas), 11-21, 21-14, 21-12 (Foto : )

Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan mencetak prestasi luar biasa, dengan memboyong gelar All England 2019, meski dalam kondisi tidak seratus persen, karena Hendra mengalami cedera betis kanan.

Mereka mampu membuktikan bahwa, mereka layak diperhitungkan di panggung bulutangkis elit dunia.

Di partai final, Hendra/Ahsan mengalahkan pasangan muda Malaysia, Aaron Chia/Soh Wooi Yik, dengan skor 11-21, 21-14 dan 21-12, sekaligus mengulang sukses mereka di tahun 2014. Meski dalam kondisi tidak seratus persen, karena Hendra mengalami cedera betis kanan, namun mereka mampu merengkuh gelar bergengsi kelas dunia.

"Tak apa-apa, dua-tiga hari sudah oke. Ini tidak serius," komentar Hendra ketika ditanya soal cederanya.

Kepala Pelatih Ganda Putra PP PBSI, Herry Iman Pierngadi, yang mendampingi Hendra/Ahsan dalam pertandingan final adalah pelatih yang menduduki 'kursi panas' saat mendampingi empat wakil Indonesia, yang secara berurutan menjadi jawara di All England yaitu pasangan ganda campuran Praveen Jordan/Debby Susanto (2016), saat itu Kepala Pelatih Richard Mainaky harus kembali ke Tanah Air, sehingga Herry menggantikan posisi Richard di final, kemudian dua final ganda putra yang berurutan dimenangkan oleh Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon pada tahun 2017 dan 2018.

Meskipun Hendra/Ahsan kini berstatus pemain profesional, namun mereka masih mengikuti latihan di pelatnas di bawah pimpinan Herry. Saat bertanding pun, jika Herry tak sedang mendampingi pemain pelatnas, Herry selalu mendampingi Hendra/Ahsan bertanding.

Lantas apa komentar coach Herry tentang kemenangan Hendra/Ahsan? Mereka punya mental juara, walaupun kondisinya nggak prima dan ketinggalan di game pertama, memang mental juaranya kelihatan.

Pemain Malaysia 'goyang' banget, terutama di game ketiga. Di game kedua, lawan masih (memberi perlawanan). Lalu saat mau tersusul, Hendra/Ahsan sempat 'goyang', saya bilang, terus dulu, masih bisa. Saat Hendra/Ahsan terus unggul, lawannya 'goyang'.

Bagaimana perasaan Coach Herry sebelum pertandingan? Ya sebelum tanding, ada perasaan 50-50 karena kondisi Hendra. Saya tidak tahu apakah dia bisa main atau tidak, kemarin dia bilang, jalan saja pincang.

Tadi di pertama walau kalah, tapi nggak parah sekali, di game kedua sudah mau coba, kelihatan dari mukanya Hendra, kepingin cobanya kelihatan. Bagaimana dengan pasangan Malaysia, jika dibandingkan penampilan di semifinal melawan Fajar (Alfian)/Rian (Ardianto)?

Penampilan lawan lebih bagus kemarin, jauh lebih bagus. Hari ini kondisi fisik mereka sudah menurun. Kedua, mungkin lawannya sama-sama muda, sekarang lawan Hendra/Ahsan, mentalnya terpengaruh, dari pukulannya kelihatan, mengambang, mati sendiri.

Kejadiannya terbalik dengan penampilan pasangan Malaysia kemarin di semifinal, di game pertama mereka masih grogi. Sekarang, di game ketiganya yang grogi. Mungkin ada pressure juga, melihat lawannya sudah cedera, dan mereka kan masih muda, jadi masih belum stabil.

Tapi pasangan Malaysia ini masuk kategori pasangan ganda putra yang patut diperhitungkan. Hendra/Ahsan akan menempati peringkat empat dunia, apa komentar Coach Herry? Artinya Hendra/Ahsan belum habis.

Yang harus ditiru dari Hendra/Ahsan, mereka tidak pernah menyerah. Sebelum poin 21, masih memungkinkan memenangkan pertandingan. Lihat saja, di game pertama kan jauh kalahnya, tapi mereka bisa bangkit, bisa menang, itu memang mental juara. Tapi secara teknik mereka memang lebih di atas, dibanding pemain-pemain di tim ganda putra.