Perkasa di Paruh Kedua, Tanago Friesian Jakarta Taklukkan Flying Wheel Makassar

IMG-20181128-WA0015-900x506
IMG-20181128-WA0015-900x506 (Foto : )

Tanago Friesian Jakarta mendapatkan kemenangan kedua dalam lanjutan Srikandi Cup 2018-2019 Seri 1 Bali. Kali ini yang menjadi korban keperkasaan Tanago adalah Flying Wheel Makassar. Tanago menang 79-50 atas Flying Wheel, Rabu (28/11) di GOR Merpati, Denpasar.

Christine Tjundawan mencetak 20 poin untuk Tanago. Diikuti Tiara Aulia Denaya (17 poin), dan Fransisca Inge Halim (12 poin). Untuk tim Flying Wheel, pemain yang mencetak poin paling banyak adalah Jumriyah HL dengan 17 poin, kemudian Virza Rozaku dengan torehan 11 poin. Tanago mendapatkan perlawanan sengit di kuarter pertama.

Khususnya saat starting five mereka mengalami kebuntuan. Beruntung Fransisca Inge Halim dan Christine Tjundawan yang muncul dari bangku cadangan bisa menggabungkan sembilan poin. Tanago unggul 15-13 di kuarter pertama. Di kuarter kedua, justru Flying Wheel tampil percaya diri. Dua three point jump shot dari Jumriah HL membuat Flying Wheel mendekat 25-29.

Jumriah sendiri sudah mencetak 12 di poin di half time. Ia menjelma menjadi momok menakutkan untuk pertahanan Tanago. Tanago melesat di pertengahan kuarter ketiga. Keunggulan 14-4, menjauhkan Tanago dari kejaran Flying Wheel dengan skor 43-29. Pelatih Eddy Winarso pun langsung meminta time-out untuk mengatur strategi para pemain Flying Wheel. Hasilnya cukup efektif. Flying Wheel mencetak dua three point shot, dan mengejar 35-47.

Namun setelah itu Tanago justru semakin menjauh. Mereka bisa unggul 56-41 di akhir kuarter ketiga. Christine Tjundawan yang mencetak empat poin di dua kuarter awal, mampu meledak dengan torehan 20 poin hingga kuarter ketiga. Di kuarter keempat Tanago dengan mudah bisa membunuh Flying Wheel yang permainannya sudah kacau.

Tanago membukukan 23 poin, sementara Flying Wheel hanya mencetak sembilan poin. “Anak-anak terlalu terburu-buru dalam bermain. Saya sudah bilang untuk tidak buru-buru saat menyerang.

Cepat bukan berarti berlari, tetapi aliran bolanya yang seharusnya bisa lebih cepat. Mereka juga ikut irama permainan lawan,” kata pelatih Flying Wheel, Eddy Winarso. “Game plan tidak berjalan dengan baik di kuarter satu dan dua. Menghadapi Flying Wheel itu agak sulit karena mereka tampil all out. Tapi saya lihat mereka lebih suka penetrasi, jadi di kuarter ketiga saya tutup jalur penetrasinya dan saya ubah penjagaan menjadi zone defense.