Miftahul Jannah, atlet judo kategori blind Judo, terpaksa harus merelakan dirinya urung bertarung di matras judo Asian Para Games 2018.
Pemerintah akan mendesak Federasi Internasional Judo untuk mengakomodasi atlet wanita yang berhijab."Mestinya ini bisa, di karate, taekwondo dan bahkan renang ada aturan khusus yang membolehkan atlet berhijab berlaga,"kata Menpora Imam Nachrowi.
Miftahul Jannah mengaku meski sedih dia tetap bahagia bisa mempertahankan prinsipnya. Bujukan sang ayah, dan pelatihnya tak membuatnya mau melepas hijab."Tadinya saya kira, bisa tetap ikut meskipun berhijab.
Namun saya menghormati regulasi yang tentu dibuat untuk menjamin keselamatan atlet,"katanya. Menpora Imam Nachrowi meminta FIJ lebih lentur dalam menerapkan aturan.
"Tentu hijabnya disesuaikan agar tak membahayakan keselamatan atlet,"katanya. Menurut Imam, pemerintah menghargai prinsip yang dilakukan Miftah yang memilih mundur dari arena ketimbang harus membuka hijabnya.
"Saya bangga dengan Miftah,"katanya. Yang lebih membanggakan lagi, Miftah tak patah semangat dan terus bertekad menjadi atlet meski tak di cabang judo."Tadi malam saya temui, dan dia tetap semangat menjadi atlet,"kata Menpora Imam Nachrowi.
Tadi pagi bahkan Menpora mengajak Miftah main catur."Hampir saja saya kalah, namun MIftah mengajak saya remis, jadi saya gak jadi kalah,"kata Menpora. Ketua National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Senny Marbun mengaku bersalah atas insiden yang menimpa atlet judo Indonesia, Miftahul Jannah.
Selain itu, Senny juga meminta maaf kepada Miftah akibat keteledoran yang dilakukan oleh pihaknya. Miftah gagal tampil dalam pertandingan Asian Para Games 2018 karena didiskualifikasi oleh wasit.
Sebabnya dia enggan melepasnya hijabnya jelang pertandingan dimulai. Hal tersebut sempat menimbulkan polemik. Pasalnya, peraturan untuk tidak memakai penutup kepala pada cabang olahraga judo memang sudah tertera pada peraturan Federasi Internasional Judo (IJF).
Yang menarik, Miftah menolak meminta apa yang dia inginkan saat Menpora Imam Nachrowi ditanya apa yang akan diberikan kepada Miftah sebagai apresiasi kepadanya. Imam meminta Miftah meminta sendiri apa yang diinginkannya."Miftah tak ingin meminta. Semuanya terserah pemerintah,"katanya.