Varian termurah PAL-V dijual dengan harga 399.000 dollar AS atau sekira Rp 5,5 miliar. Harga tersebut sudah termasuk biaya latihan terbang. Dashboard PAL-V penuh instrumen seperti kokpit pesawat (courtesy PAL-V) Bos Google, Larry Page juga tak mau ketinggalan dengan bisnis mobil terbang. Lewat perusahaan Terrafugia, mobil terbang mereka bernama Transition sudah uji coba pada 2009 dan 2012 lalu.
Setelah uji coba dianggap sukses, perusahaan yang belakangan dibeli produsen otomotif asal China, Geely, kian percaya diri untuk mulai memasarkannya tahun depan. Terrafugia Transition yang mungil dengan sayap terlipat Bermodalkan mesin hybrid, Terrafugia Transition dapat terbang sejauh 600 km dengan kecepatan jelajah mencapai 160 km/jam di ketinggian 3.000 meter.
Soal harga, mobil yang hanya memilki 2 kursi ini dibanderol 280.000 dollar AS atau sekira Rp 3,8 miliar, lebih murah dari PAL-V.Saat terbang, sayap Terrafugia Transition terentang. Seperti tak mau ketinggalan, puluhan perusahaan lain ikut berlomba mengembangkan mobil terbang, termasuk raksasa dirgantara dunia, Airbus dan Boeing.
Direncanakan, Airbus dan Boeing baru akan memasarkan mobil terbang mereka pada 2020 mendatang. Namun semua perusahaan mobil anti macet itu belum dapat memastikan, apakah produk mereka akan sukses di pasaran.
Dengan harga yang masih selangit, mengendarai mobil terbang tidaklah sepraktis mobil biasa. Selain pengendara harus punya lisensi terbang, mengoperasikannya juga butuh jalan yang lebar serta sepi untuk terbang dan mendarat.
Bayangkan bilah baling-baling horisontal mobil anti macet yang dimiliki PAL-V tak ubahnya seperti helikopter pada umumnya. Bila tidak hati-hati, baling-baling PAL-V yang berputar kencang, dapat menyambar apa pun didekatnya. Nah, bagaimana? Masih ingin inden mobil terbang?