Dan juga, salah seorang peternak di Sumenep, Iskandar menuturkan, meski harga pakan mengalami peningkatan, hal tersebut tidak banyak berpengaruh terhadap naiknya harga telur yang terjadi secara drastis. Kenaikan harga telur lebih disebabkan karena pasokan telur ke Sumenep dari luar Jawa, mulai berkurang.
Dengan kenaikan yang signifikan ini membuat konsumen telur dan daging ayam mulai resah. Untuk itu, di daerah Mojokerto, tim satgas pangan kabupaten Mojokerto di pimpin langsung oleh kapolres Mojokerto melakukan sidak dan pengecekan harga di pasar tradisional dan peternak di wilayah Mojokerto.
Kapolres Mojokerto, AKBP Leonardus Simarmata usai melakukan sidak mengatakan, sejak pemerintah melarang menggunakan anti biotik growth promotor pada ayam pedaging dan petelur setahun terakhir membuat produksi peternak ayam menurun terus.
Pihak peternak tidak mengetahui sampai kapan akan kenaikan harga telur ini akan terus terjadi. namun demikian, kenaikan harga ini menjadi berkah bagi para peternak. sebab mereka mendapatkan keuntungan lebih dari biasanya.
Namun, kenaikan harga telur yang tinggi malah membuat pedagang rugi, akibat sepinya pembeli tak ayal dikeluhkan oleh para pedagang yang mau tidak mau harus mengurangi jumlah pasokan tak seperti hari normalnya.
Para pedagang berharap pemerintah bisa segera mengambil kebijakan yang cepat dan tepat untuk menekan harga daging dan telur ayam agar bisa kembali normal.
Pihak pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan rencananya akan memanggil sejumlah stakeholder terkait kenaikan daging dan telur ayam di kantor kementerian perdagangan Jakarta.(WW/VA/IN/SA)