www.antvklik.com
- Nama Yayuk Basuki akan selalu dikenang sebagai salah satu legenda tenis Indonesia. Tampil empat kali di pentas Asian Games. Wanita kelahiran Yogyakarta 30 November 1970 ini mendapatkan emas pertamanya di usia yang sangat muda, 16 tahun.
Sejak Asian Games pertama digelar tahun 1951, baru 9 cabang olahraga Indonesia yang mampu mempersembahkan medali. Mereka adalah, Bulutangkis, Tenis, Perahu Naga, Balap Sepeda, Angkat Besi, Voli Pantai, Wushu, Panahan, dan Bola Voli. Dari 9 cabang itu, hanya bulutangkis, tenis, perahu naga, dan balap sepeda yang mampu mempersembahkan emas.
Sementara, bulutangkis dan tenislah, pemborong terbanyak medali. Bulutangkis 24 emas, 24 perak, dan 39 perunggu. Tenis, 14 emas, 5 perak dan 21 perunggu.
Konsistensi kejayaan tenis, seiring dengan era kejayaan Ratu Tenis Indonesia, Nani Rahayu Basuki atau yang lebih dikenal sebagai Yayuk Basuki. Tampil di Asian Games 1986, 1990, 1994, dan 1998, Yayuk Meraih 4 emas, 2 perak dan 3 perunggu, dari nomor perseorangan dan beregu.
Yayuk Basuki merebut medali emas pertamanya Tahun 1986, saat usianya 16 tahun dan belum terjun ke Tenis Pro. Berpasangan dengan Suzanna Wibowo emas mereka rebut, plus perunggu beregu putri. Di Asian Games 1990, medali emas ganda putrid mereka pertahankan, plus emas, ganda campuran bersama Hary Suhariyadi yang kelak jadi suaminya.
Belum cukup, masih ditambah medali perak beregu putri. Asian Games 1994, Yayuk konsisten meraih medali, meski kali ini perunggu di tunggal putri plus perak bereguputri. Yayuk akhirnya menutup kiprahnya di Asian Games 1998 Bangkok, dengan mempersembahkan medali emas tunggal putrid dan perunggu beregu putri.
Dari semua momen itu pasti member kesan yang mendalam dan berbeda beda. Namun final tunggal putri Asian Games 1998 disebutnya member kesan istimewa.Yayuk yang ingin menjadikan tahun 1998 sebagai Asian Games terakhirnya, bertekad bisa mempersembahkan medali emas. Setelah meraih perunggu di beregu putri, Yayuk harus menghadapi petenis penuh talenta, pujaan tuan rumah saat itu, Tamarine Tanasugarn.
“Lapangan Muang Thong Bangkok saat itu ramai sekali, riuh, dengan sorak emosional ribuan suporter tuan rumah. Tenis itu harusnya tenang, tapi ini ramai lebih mirip final sepakbola,” ujar Yayuk mengenang momen itu.
Tampil tenang, menghadapi lawan yang memang sepadan plus kepungan tekanan supporter tuan rumah tak membuat Yayuk ciut. Yayuk Basuki akhirnya sukses melaksanakan nazarnya, mengakhiri kiprahnya Asian Games dengan medali emas, di momen yang special.
“Saya kelihatan tenang dan tegar, padahal beberapa saat jelang final sempat galau, sampe sulit makan, he..he..,” ujar ibu satu anak ini mengenang.
Kebahagiaan Yayuk kian lengkap setelah tahun 1999, akhirnya mengandung anak pertamanya, setelah menikah dengan Suhariyadi tahun 1994. Fokus mengurus rumah tangga, Yayuk pun memutuskan mundur sesaat dari arena tenis.
Kiprah Yayuk Basuki Di Ajang Internasional
Salah satu prestasi fenomenalnya adalah menembus babak 8 besar Turnamen Grand Slam Wimbledon 1997 hingga peringkat WTA-nya melesat keposisi 19 di tunggal dan 9 di ganda, pada tahun 1998. Di nomor ganda putri, Yayuk beberapa kali mampu menembus perempat final dan semifinal Turnamen Grand slam. Setelah melahirkan anak tahun 2000, Yayuk masih sempat tampil di beberapa turnamen besar tenis dan menghasilkan gelar. Diantaranya ganda putri bersama Caroline Vis juara Pattaya WTA Open 2000, dan menjuarai ITF Bangkok Tour 2008 berpasangan dengan Tiffany Welford. Yayuk baru benar-benar pensiun dari bermain tenis tahun 2013. Sejumlah petenis top dunia era 1990an pernah dikalahkan Yayuk Basuki. Diantaranya, Martina Hingis, Amelie Mauresmo, Iva Majoli, Mary Joe Fernandez, Mary Pierce, Anke Huber, Zina Garrison, hingga Lindsay Davenport. Yayuk mundur dari tenis, setelah meraih sejumlah puncak prestasi yang cukup membanggakan selama kurun waktu 1990-1998. Yayuk meraih 6 gelar tunggal Turnamen Seri-WTA Tour dan 9 ganda. Selepas pensiun dari arena tenis professional, karier Yayuk Basuki berpindah haluan ke arena politik. Yayuk Basuki kini menjadi anggota DPR 2014-2019.Sesuai ciat-citanya, Yayuk kini duduk di komisi X yang salah satunya membidangi olahraga. Yayuk berharap dirinya dapat mengaktulisasikan idealismenya memajukan olahraga Indonesia di jalur parlemen dan tetap berjuang untuk olahraga nasional. Sekadar catatan, sejak dipertandingkan di Asian Games 1958, Tenis Lapangan Indonesia, sudah rajin mempersembahkan medali emas. Tahun 1966 lewat tunggal putrid Lanny Kaligis, Ganda Putri Lanny/Lita Sugianto plus beregu putri. Emas terjaga di Asian Games 1974, lewat tunggal putrid Lita Sugianto, disambung tunggal putra Atet Wiyono, ganda Yustedjo Tarik/ Hadiman, plus beregu putra 1978. Yustedjo Tarik menjaga trend medali emas lewat tunggal putra plus beregu putra di Asian Games 1982.Generasi Penerus Tenis Indonesia
Generasi penerus, terdekat Yayuk Basuki, yang sempat menjaga trend medali emas di Asian Games 2002. Tim beregu putri yang terdiri atas Angelique Widjaja, Wynne Prakusya, Wukirasih Sawondari, dan Liza Adriyani mampu meraih emas beregu putri, plus perak ganda putrid lewat pasangan Wynne/Angelique. Selepas tahun 2002, tepatnya di Asian Games 2006, 2010 dan 2014, tenis Indonesia, gagal mempersembahkan medali. Ketua Umum PB Pelti, Rildo Ananda Anwar, optimis tahun 2018, Indonesia bisa meraih lagi medali. “Pelaksanaan tenis Asian Games 2018 hanya sepekan jelang Grand Slam Amerika Terbuka, jadi pemain top Asia lebih focus memburu poin dan prize money disana. Ditambah persiapan kita akan kita optimalkan, ”ujar Rildo disela persiapan TC pelatnas. Di Asian Games 2018, yang akan dimulai 18 Agustus mendatang Tenis Indonesia masih akan mengandalkan Christopher Rungkat, Aldila Sutjiadi, atau Beatrice Gumulya. (Fahrur Anam)Baca Juga :