Eco-Fashion sebagai Ajang Pemberdayaan Produk Lokal dan Meminimalisir Krisis Iklim

Parade LTKL - Hutan Itu Indonesia (Foto : Istimewa)

 

Industri fast fashion bertanggung jawab terhadap sekitar 10% dari total emisi karbon di dunia, bahkan diperkirakan akan mengalami peningkatan sampai 50% di tahun 2030. 

Sebagai langkah untuk berkontribusi mencegah dampak perubahan iklim semakin parah, salah satunya adalah dengan cara memperhatikan pakaian yang kita pakai dengan menerapkan eco-fashion atau fesyen ramah lingkungan. 

Eco-fashion sendiri merupakan produk dari merek atau lini mode yang yang berusaha meminimalkan dampak terhadap lingkungan, dan seringkali kesehatan konsumen maupun kondisi kerja para pembuat pakaian. 

Eco-fashion dapat diwujudkan dengan misalnya menggunakan kapas organik, kain yang tahan lama dan dapat didaur ulang, pewarna nabati, dan upah yang adil bagi produsen dan pemasok.

Bagi Indonesia yang merupakan rumah bagi salah satu keanekaragaman hayati terbesar di dunia, pengembangan eco-fashion, khususnya pengembangan pewarna nabati dari bahan alami sangat mungkin dilakukan dan dapat menjadi potensi ekonomi yang luar biasa.