Sementara, di dalam balai adat dilakukan kegiatan penyerahan hasil panen yang dilakukan oleh pemimpin ritual kepada sang pencipta dalam bentuk hasil panen yang masih mentah atau disebut dengan ritual ngemonta.
Koordinator penyelenggara Mesiwah Pare Gumboh , Megi Raya Suseno mengatakan, syukuran bersama atau Mesiwah adalah momen yang istimewa bagi masyarakat Dayak Deah.
Ritual-ritual yang dilakukan dalam Mesiwah Pare Gumboh secara umum adalah sebagai bentuk perayakan atas hasil panen, serta harapan terhadap hasil yang dinikmati agar mendatangkan kebaikan.
Megi yang juga Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Rano Liyu, Desa Liyu ini menjelaskan, adat tradisi yang sekarang telah menjadi event budaya adalah bentuk nyata sebagai upaya mengenalkan kearifan lokal kepada seluruh masyarakat. Selain menjaga warisan budaya yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.
”Ritual adat yang dilakukan dan beberapa atraksi yang disajikan hingga menjadi sebuah pertunjukkan dalam event kebudayaan ini diharapkan dapat dinikmati seluruh masyarakat sebagai bagian kekayaan budaya di Indonesia,” katanya.
Selain telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda pada tahun 2022, pesta adat syukuran panen bersama atau Mesiwah Pare Gumboh (MPG) oleh masyarakat Dayak Deah di Desa Liyu, Gunung Riut, Kabupaten Balangan, Kalsel ini juga telah berhasil masuk Karisma Event Nusantara 2023.
Event budaya MPG pada 2023 kali ini merupakan gelaran ke 5. Bertema ”Osotn Ne Erai Katos Gawi Ne Kerai Koyat” dalam bahasa Dayak Deah Halong, ada pun dalam bahasa Indonesia bermakna: erat Sama Dipikul, Ringan Sama Dijinjing.