Antv – Asma menjadi penyakit pernafasan yang umum diderita oleh segala usia. Dengan itu, penanganannya harus dilakukan dengan tepat.
Meskipun menjadi masalah kesehatan yang umum, penyakit asma masih sering disalahpahami dan ditakuti.
Namun, nyatanya penyakit ini masih dapat dikontrol. Penderita asma pun masih dapat menjalani kehidupan normal jika dikelola dengan tepat.
Terkait penanganan penyakit asma, saran dan anjuran dokter harus selalu diperhatikan. Namun, ada kalanya orang terpengaruh oleh mitos yang telah beredar.
Lalu, apa sajakah mitos penyakit asma ini? Apa kebenaran di balik mitos tersebut? Berikut artikelnya, dikutip dari NDTV pada Rabu, 3 Mei 2023.
1. Mitos: Setelah Didiagnosis, Penderita Asma Tidak Akan Bisa Hidup Normal
Asma adalah penyakit yang jika didiagnosis dan diobati dengan tepat dapat dikendalikan dengan baik sehingga penderitanya dapat menjalani kehidupan normal dan aktif.
Sayangnya, masih ada stigma sosial yang melekat pada penyakit ini.
Penyakit asma tidak menyebar dari orang ke orang. Kini pun ada obat sangat efektif yang akan membantu penderitanya menjalani hidup normal.
2. Mitos: Kamu Harus Selamanya Menggunakan Obat
Orang yang menderita asma diberikan obat-obatan berdasarkan frekuensi gejala.
Tidak semua penderita asma membutuhkan obat seumur hidup. Mereka yang memiliki gejala hanya pada musim tertentu (asma musiman) diberikan obat hanya pada musim tertentu.
Jika seseorang menderita asma ringan, mengalami gejala yang sangat jarang (sekitar dua hingga empat kali sebulan), dia dapat menggunakan inhaler saat gejalanya muncul.
Namun, penderita asma yang gejalanya lebih sering harus menggunakan inhaler secara teratur dan dalam jangka waktu yang lebih lama untuk menjaga penyakit tetap terkendali.
3. Mitos: Mengi Adalah Satu-satunya Gejala Asma
Gejala asma dapat bervariasi antar individu.
Gejala umum asma meliputi batuk, produksi sputum, sesak nafas, dada terasa berat, dan mengi (suara siulan saat bernafas masuk atau keluar).
Orang dengan asma mungkin punya satu atau lebih dari gejala di atas, dan tidak harus mengalami semua gejala.
Saat mengi adalah salah satu gejala umum asma, tidak semua penderita asma mengalaminya. Faktanya, ada penderita asma dengan "Asma varian batuk", yaitu saat mereka hanya batuk tanpa tidak mengi atau sesak napas.
4. Mitos: Inhaler Bersifat Adiktif dan Menimbulkan Efek Samping
Inhaler adalah pengobatan pilihan untuk asma dan diresepkan untuk semua orang yang menderita asma. Namun, ada beberapa kesalahpahaman tentang inhaler.
Jika digunakan dengan benar, inhaler ternyata lebih aman daripada tablet atau sirup untuk asma.
Saat obat diminum dalam bentuk tablet atau sirup, pertama kali diserap dari usus dan mencapai darah. Dari darah, obat didistribusikan ke berbagai bagian tubuh, dan paru-paru mendapatkan persentase yang sangat kecil (kurang dari 10%) dari obat yang benar-benar tertelan.
Selain itu, sebagian besar obat mencapai organ lain dan ini menyebabkan efek samping yang tidak perlu.
Saat obat yang sama dihirup, ini langsung mencapai saluran udara. Sebagian besar obat (hingga 50%) mencapai saluran udara.
Selain itu, efek samping sistemik juga minimal. Selanjutnya, tidak ada yang membuat ketagihan pada inhaler dan orang tidak akan kecanduan inhaler.
Penting untuk dipahami bahwa teknik penggunaan inhaler sangat penting. Teknik inhalasi yang tepat harus dijelaskan dan didemonstrasikan kepada pasien.
Saat inhaler digunakan secara tidak benar, efek samping dapat terjadi.
5. Mitos: Suplemen Nutrisi/Obat Non Allopathic yang Dijual Bebas Dapat Menyembuhkan Asma
Asma adalah penyakit yang dapat dikontrol, tetapi tidak dapat disembuhkan pada sebagian besar orang.
Suplemen nutrisi dan bentuk obat non-alopati juga tidak dapat menyembuhkan penyakit.
Dalam penelitian untuk penyembuhan permanen, obat-obatan efektif yang mengendalikan penyakit sering dihentikan.
Yang terbaik adalah menganggap asma sebagai penyakit yang dapat dikontrol dengan sangat baik, bukan disembuhkan.
Kombinasi perubahan gaya hidup dan obat hirup akan mengendalikan asma pada sebagian besar pasien.