Berawal dari Kebun Rumahan, Kebun Kohan Disulap jadi Komunitas

Kebun Kohan (Foto : Istimewa)

AntvKebun Kohan awalnya hanya kebun sayuran kecil, semacam kebun untuk hobi sekaligus penyedia sayuran, kopi dan buah-buahan sehat untuk komunitas yang ada di sekitar kebun Kohan.

Karena permintaan mulai bertambah, Kebun Kohan mulai berkembang menjadi kebun sayuran permanen dan memiliki pelanggan tetap. 

Ketika mulai memantapkan menjadi suatu kebun yang produktif, ini mengalami berbagai macam kendala seperti panen yang kurang menghasilkan dan penyakit-penyakit tanaman datang silih berganti. 

Kebun Kohan. (Foto: Istimewa)

 

Oleh kerena itu, tim kebun Kohan memutuskan untuk belajar lagi tentang bertani secara efektif sekaligus ramah lingkungan.

Berawal dari pandemi yang berlangsung selama 2 tahun sebelumnya melanda, dimanfaatkan untuk belajar program pertanian di Pangalengan dan Yogyakarta.

Lalu dari sanalah Kebun Kohan menemukan bahwa masalah utama di kebanyakan sistem pertanian di Indonesia adalah fokus kepada pupuk kimia dan pestisida kimia jika ada masalah.

Hal ini bisa berakibat hama tanaman akan menyesuaikan diri sehingga lebih tahan pestisida kimia hingga jumlah bahan kimia yang dibutuhkan lebih banyak. 

Jadi, pengeluaran petani pun akan lebih besar karena butuh lebih banyak pestisida kimia di tahun-tahun berikutnya. 

Sayangnya ini tidak berhenti di sini, ada banyak pemasok nakal yang menyebabkan pupuk dan bahan-bahan jadi langka hingga harga naik dan ujung-ujungnya bertani itu mahal sekali lebih baik impor makanan.

Metode pertanian yang dilakukan Kohan akhirnya lebih berfokus pada Kesehatan tanah dan ini dapat dilakukan dengan microba, selain menerapan di kebun sendiri. 

Kebun Kohan. (Foto: Istimewa)

 

Kebun Kohan bermitra dengan petani lokal untuk menerapkan metode baru ini.

Awalnya susah diterima karena para petani ini sudah kebiasaan untuk melakukan penanaman dengan metode yang sudah ada yaitu konvensional menggunakan bahan kimia dan pestisida.

Usai mentoring beberapa lama akhirnya bisa dicapai seperti panen tomat yang biasanya tidak mungkin bagus di masa musim penghujan yang lebat. 

Hal ini mungkin sekali dengan metode penyubruan tanah dengan mikroba jadi di saat yang lain gagal panen kebun Kohan bisa panen tomat. 

Metodenya pun tidak dirahasiakan jadi Kebun Kohan berharap petani yang lain bisa menerapkan program ini,

Untuk saat ini Kebun Kohan berfokus dulu untuk kerjasama pembuatan kebun di sekolah dan instansi lainnya yang bekerjasama dengan petani lokal.

Kebun Kohan. (Foto: Istimewa)

 

Dalam hal ini menanam produk seperti kentang, tomat, cabai Korea dan lain-lain. Karena kapasitas yang terbatas di Kebun Kohan

Visi ke depan kebun ini ingin ada satu kebun yang memberdayakan petani dan orang-orang di sekitar mereka, seperti ada tempat belajar dan tempat membacanya juga.

Untuk sementara ini ke depan Kebun Kohan akan memberi mentor kepada para pemuda di sekitar Pangalengan untuk membuat kebun sendiri. 

Hasilnya untuk mereka sendiri dengan harapan kedepannya mereka mengimpartasi apa yang mereka kerjakan untuk orang di bawah mereka.

Kebun Kohan berharap pihak pemerintah atau orang yang peduli dengan pertanian memberikan banyak mentoring kepada para petani dan penelitian tentang pertanian itu dilakukan dan bisa turun ke bawah. 

Sementara itu, Kebun Kohan yang terletak di Pangalengan ini terinspirasi oleh Bosscha.

Bosscha sendiri adalah seorang pengusaha perkebunan sukses pada masa Hindia Belanda sekaligus philantropis yang tinggalnya juga di Pangalengan. 

Di tangannya kebun teh Pangalengan menjadi kebun teh terbaik di dunia dan menghasilkan banyak uang, tapi dia banyak berkontribusi untuk penduduk sekitar. 

Boscha berkontribusi banyak untuk membuat peneropong bintang, membangun ITB, membangun sekolah tuna rungu dan tuna wicara, membangun Gedung yang sekarang jadi Gedung merdeka.