Antv –Cerita dari Epos Mahabarata, yang mengisahkan lakon Gatotkaca, dikemas apik menjadi sendratari di kawasan Jalan Malioboro, Rabu malam (1/3/23).
Bertempat di lantai tiga Hamzah Batik Malioboro, pertunjukan karya Anter Asmorotedjo ini, baru pertama kali disuguhkan bagi wisatawan.
Sorot lampu tak henti, bergantian menyinari aksi para seniman yang tampil begitu heroik di atas panggung.
Penonton pun tak dapat menyembunyikan kekagumannya pada Gatotkaca, sosok ksatria pemberani yang perkasa, memporak-porandakan lawan-lawannya.
"Kisah ini menceritakan sosok pandawa yang bernama Tetuka atau kemudian dikenal namanya Gatotkaca yang menjadi pembela kebenaran dan negaranya. Ia adalah Ksatria sakti mandraguna yg sejak kecil terpilih menjadi senopati para Dewa. Ia ksatria sejati pembela kebenaran, yang selalu menjadi yang terdepan dalam membela negara," ungkap Anter.
Menurut Anter, geliat budaya seakan menjadi nafas bagi warga masyarakat Kota Yogyakarta, dimana tiap jengkalnya mengandung daya tarik tersendiri bagi para wisatawan yang singgah.
Tidak terkecuali di kawasan Malioboro, yang sudah dicanangkan menjadi sebuah galeri seni dan budaya terpanjang di seantero dunia.
Suguhan demi suguhan, tidak henti-hentinya hadir menghibur para pelancong di Malioboro, termasuk di dalamnya sajian sendratari Gatotkaca.
Sendratari Gatotkaca digelar bertepatan dengan HUT ke-44 Hamzah Batik Malioboro. Sajian malam di kawasan Malioboro ini, dapat dinikmati setiap Rabu malam pukul 19.00-20.30 WIB, dengan banderol tiket Rp40-60 ribu saja.
Secara garis besar, sendratari Gatotkaca mengisahkan sebuah legenda bersumber dari Epos Mahabharata yang mengangkat tokoh Gatotkaca.
Adapun Gatotkaca sendiri adalah ksatria sakti mandraguna yang sejak kecil didapuk menjadi senopati para dewa dan selalu terdepan dalam membela kebenaran, serta negara.
Rangkaian pertempuran Gatotkaca melawan bala Kurawa, berhasil mengundang decak kagum dari ratusan penonton yang menghadiri event gala premier tersebut.
Selain itu, aksi kocak empat sekawan Semar, Bagong, Gareng dan Petruk pun sukses memberikan satu warna tesendiri.
Menariknya, rangkaian pertunjukan sendratari ini disuguhkan langsung oleh karyawan atau karyawati Hamzah Batik Malioboro, yang sejatinya, mereka sama sekali tidak mempunyai latar belakang di bidang seni tari.
Walau begitu, sang sutradara, Anter Asmorotedjo, menyebut, kegigihan mereka dalam berlatih selama beberapa bulan terakhir, terbayar lunas.
"Luar biasa, walaupun mereka tidak memiliki basic seni tari, penampilan karyawan dan karywati Hamzah Batik, pada malam ini sudah seperti penari profesional. Ya, tentu ini patut diapresiasi," ungkap Anter.
Tidak berhenti pada pertunjukan semata, sembari menyaksikan aksi para seniman, pengunjung pun bisa menikmati sajian kuliner nan komplet untuk menemani malam spektakulernya.
Menu tradisional dan unggulan tersaji, mulai dari sop janda, hingga nasi goreng kemul, siap menjadi santapan turis.
Sementara, Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharjo, yang turut hadir dalam kesempatan tersebut, mengatakan, bahwa sajian sendratari Gatotkaca ini makin memperkaya suguhan wisata budaya di Kota Yogya, terutama Malioboro.
Karena itu, pemerintah memastikan akan turut ambil bagian dalam upaya promosi untuk menarik tingkat kunjungan.
"Ke depan kami berharap, para pelaku usaha di Malioboro juga bisa menghadirkan suguhan-suguhan bernuansa budaya untuk menarik wisatawan. Karena, bagaimanapun juga, wisata budaya itu sudah menjadi DNA bagi Kota Yogya," tandasnya.
-GATOTKACA, Sosok Ksatria Sejati Pembela Keadilan dan Negara-
Sendratari Gatotkaca dibuka dengan adegan dimana Prabu Naga Pracona hendak membawa Dewi Supraba, dari kahyangan untuk dijadikan istri.
Upaya itu dihalangi para Dewa. Namun karena kesaktiannya, Prabu Naga Pracona mengobrak abrik Kahyangan.
"Akulah Prabu Kala Pracona, kan kubawa Dewi Supraba menjadi istriku. Wahai para dewa di kahyangan, janganlah kalian menghalangiku. Atau kalian semua para dewa akan aku hancurkan," sambil tertawa panjang, Prabu Naga Pracona menantang para Dewa.
Dalam perang menghadapi Prabu Naga Pracona, dewa-dewa di Kayangan itu dibuat kalangkabut.
Akhirnya Batara Guru, para Dewa dan para Batari Kahyangan bertanya pada Betara Narada untuk mencari sosok jagoan para dewa yang mampu membawa kembali Dewi Supraba.
Kemudian Batara Narada membawa seorang bayi, yang tak lain adalah Tetuka atau Gatotkaca.
Bayi itu merupakan anak Werkudara dan Arimbi. Kemudian Gatokaca bayi dimasukkan ke dalam Kawah Candradimuka.
Setelah bayi Tetuka dimasukkan ke dalam kawah, para Dewa kemudian memasukkan senjatanya dalam kawah diantaranya Betara Bayu, Betara Indra, Betara Brahma.
Kemudian Tetuka muncul dari kawah Candradimuka dalam kondisi sudah tumbuh besar. Dan karena diciptakan dari kesaktian para dewa maka ia tidak dapat dilukai oleh senjata apapun.
Suasana panggung berganti, muncul Naga Pracona membuat gaduh kahyangan. Gatotkaca pun melawan Prabu Naga Pracona yg tubuhnya jauh lebih besar.
Pertarungan tersebut berakhir dengan tewasnya Prabu Naga Pracona. Sang ibu, Dewi Arimbi kemudian muncul untuk menasihati Gatotkaca agar menjadi Ksatria yang patuh dan setia kepada Negeri, menjadi Ksatria yang selalu menjunjung Dharma.
Gatotkaca pun dinobatkan menjadi raja di Pringgondani. Tiba tiba muncullah Brajadhenta yang tidak menyetujui Gatotkaca diangkat sebagai Raja Muda Pringgondani.
Belum selesai Brajadhenta berbicara, tiba-tiba ia diterjang Brajamusti. Terjadi perang segitiga antara Brajadhenta, Brajamusti dan Gatotkaca.
Brajadhenta dan Brajamusti akhirnya tewas namun keduanya menjelma menjadi senjata ampuh yakni di taring Gatotkaca sebagai kesaktian bernama Aji Brajadhenta dan ditelapak tangan Gatotkaca menjadi Aji Brajamusti.
Adegan kemudian dimunculkan para Punokawan atau pemomong para kstaria Pandawa, yakni Semar, Petruk, Gareng dan Bagong.
Keempat punokawan inilah yang menemani Gatotkaca dalam tugas-tugasnya sebagai kstaria.
Dari angkasa Gatotkaca melihat para Kurawa menculik Dewi Pregiwa untuk dinikahkan dengan Lesmana atas perintah Raja Astina.
Pregiwa ditarik dan dibawa keluar taman, untuk dibawa ke Astina. Gatotkaca di Angkasa melihat peristiwa penculikan kemudian menerjang Kurawa.
Peperangan pun dibantu oleh para Punakawan yant melawan Kurawa dengan adegan jenaka.
Seluruh Kurawa mengeroyok Gatotkaca namun Gatotkaca berhasil menghempaskannya.
Dengan lantang Gatotkaca berkata," Aku telah banyak mendengar kelakuan busuk Kurawa. Tapi, jangan sekali- kali kalian menculik wanita dihadapan Gatotkaca!,"
kemudian para Kurawa lari tunggang langgang. Dewi Pergiwa pun bisa diselamatkan dan keduanya jatuh hati yang diakhiri adegan Gatotkaca - Pregiwa diantara mega-mega.
Adegan berikutnya, saat Gatotkaca mendatangi Resi Seta yang sedang duduk di tepi lautan. Resi Seta kemudian menyampaikan bahwa Gatotkaca telah belajar laku keutamaan.
Ia kini menjadi pemimpin bagi negeri dan seorang kesatria tangguh, patriot, yang begitu dibutuhkan keberadaannya.
"Suatu saat nanti engkau akan menjadi panglima dan akan menjadi benteng bagi negaramu Ngger !," kata Resi Seta kepada Gatotkaca.
Sementara itu di negeri ASTINA, terompet berkumandamg dan para prajurit telah siaga dengan senjata perang.
Patih Sengkuni, Duryudana, Durna, Dursasana bersama para Kurawa tengah mengatur strateti perang.
Sengkuni menyampaikan kepada Durna agar tentara menyerang di malam hari karena beberapa hari berperang namun selalu kalah, dan korban berjatuhan dari pihak Kurawa.
"Aku mulai putus asa, saatnya aku menjalankan keinginanku, Kakang Durna, prajurit Kurawa harus menyerang pada malam hari," kata Sengkuni kepada Durna.
Namun strategi Patih Sengkuni dinilai menyalahi aturan perang, karena perang ini adalah perang agung.
"Didalam penyerangan, kita dan musuh harus mengetahui dan saling siaga. Itulah yang dinamakan perang secara kesatria. Bukan licik semacam ini," ungkap Durna.
Namun tiba-tiba, Karna muncul untuk memimpin pasukan Astina melawan pasukan Amarta. Sedangkan di kubu Pandawa, Werkudara atau ayaj Gatotkaca marah mendengar informasi dari Kresna jika mereka menggunakan strategi yang melanggar aturan perang.
Para Kurawa yang mereka menyerang tempat peristirahatan pasukan Amarta di malam hari membuat banyak prajurit Amarta yang berguguran.
Saat itulah Gatotkaca terketuk hatinya untuk maju di medan laga. Di padang Kurusetra, tempat peperangan itu, para Kurawa membawa obor sebagai penerangan.
Muncul Gatotkaca, lalu terjadi peperangan antara Gatotkaca melawan Kurawa. Gatotkaca marah atas perilaku licik Kurawa. Hingga Gatotkaca ber-triwikrama, seluruh tubuh berubah menjadi seperti Robot, otot kawat balung wesi.
Kurawa mengeroyok Gatotkaca Robot, begitu juga Adipati Karna berperang melawan Gatotkaca. Kurawa kewalahan. Kresna muncul, lalu Gatotkaca Robot kembali ke wujud Aslinya Kresna lalu muncul dan menyampaikan kepada Gatotkaca bahwa jiwa ksatria yang begitu kuat akan menjunjung dharma, dan kesetiaan terhadap negara.
"Engkau pantas menyandang gelar, Senopatining perang Raden Haryo Kacanagara.!!!," ucap Kresna.
Di akhir kisah, Semar muncul memberika wejangan bahwa Perang Bharatayudha memang sudah digariskan dan harus terjadi.
Walau banyak ksatria yang gugur dimedan laga namun semua itu demi tegaknya keadilan dan ketentraman dibumi.
"Segala sifat keras hati, picik dan angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sifat bijak, lembut hati dan sabar. Sura dira jayaningrat, Lebur dening Pangastuti..!!!"
Lalu muncul simbol 6 kekuatan Gatotkaca, dan Putriputri pembawa kain putih yang mengakhiri pertunjukkan sendratari Gatotkaca itu, seraya diiringi tepuk riuh para penonton