Antv – Pneumonia merupakan penyakit yang tak bisa dianggap remeh. Menurut data World Health Organization (WHO), diperkirakan ada sekitar 1,2 juta kematian setiap tahun yang disebabkan oleh pneumonia.
Dengan jumlah angka yang besar tersebut, maka tak heran jika pneumonia disebut sebagai the forgotten pandemi atau pandemi yang terlupakan. Di Indonesia, pneumonia sangat endemis. Menurut hasil riset RISKESDAS pada tahun 2018, prevalensi pneumonia secara umum itu sekitar 4 persen.
Rata-rata tersebut memiliki rincian prevalensi pada balita sekitar 4,8 persen, prevalensi untuk usia 15-24 tahun sekitar 3,7 persen, prevalensi usia 25-34 tahun sekitar 3,6 persen, usia 35-44 tahun sekitar 3,7 persen dan usia 65-74 tahun sebanyak 5,8 persen.
Sementara itu, prevalensi pneumonia tertinggi pada balita itu ada pada kelompok usia 12-23 bulan, yakni sebesar 6 persen. Meski terjadi di seluruh dunia, angkan kematian pneumonia tertinggi memang terdapat di Asia Selatan dan Afrika.
Di sisi lain, biaya pengobatan antibiotik untuk anak dengan pneumonia di 66 negara diperkirakan mencapai 109 juta dollar setiap tahunnya. Biaya itu sudah termasuk antibiotik dan biaya untuk diagnostik pneumonia.
Akan tetapi, biaya tersebut bukanlah nominal yang sedikit dan sangat disayangkan jika harus dikeluarkan. Oleh sebab itu, diperlukan langkah yang strategis dan efisien sebagai komponen penting demi menurunkan angka kematian anak.
Hal tersebut disampaikan oleh dr. Prima Yosephine, MKM selaku Plt. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kemenkes dalam acara Media Meet Up dalam rangka Hari Pneumonia Sedunia yang bertajuk “Risiko Pneumonia di Era New Normal: Siapa Saja, Dimana Saja, Bisa Kena.”
“Mencegah pneumonia pada anak ini tentu merupakan komponen penting dan strategi untuk menurunkan angka kematian anak,” ungkapnya.
Dr. Prima Yosephine, MKM juga menyampaikan bahwa pneumonia dapat dicegah dengan intervensi yang komprehensif mulai dari menerapkan perilaku hidup yang bersih dan sehat serta melakukan imunisasi.
Di Indonesia sendiri sebenarnya telah dilakukan pencegahan penyakit pneumonia yang disebabkan oleh hemofilus influenza tipe B dengan mengintroduksi vaksin HI-B yang dikombinasikan dengan vaksin DPT HB.
Vaksin tersebut diberikn dalam bentuk DPT HB dan sudah termasuk ke dalam Program Imunisasi Nasional. Pemberian Vaksin DPT HB tersbeut juga sudah dilaksanakan sejak tahun 2013 lalu. Upaya tersebut akan jauh lebih efektif jika dibarengi dengan pemberian imunisasi pneumokokus konjugasi atau PCV.
Dan kabar baiknya, pemberian vaksin PCV itu juga sudah termasuk ke dalam Program Imunisasi Nasional yang telah diluncurkan secara resmi oleh Bapak Menteri Kesehatan pada tanggal 12 September 2022 yang lalu.
Tak hanya pada anak, prevalensi pneumonia pada kalangan usia dewasa dan lansia juga cukup tinggi. Oleh sebab itu, pencegahan pneumonia pada usia dewasa dan lansia juga penting untuk dilakukan untuk memberi perlindungan tambahan.
“Imunisasi pneumonia pada usia dewasa salah satu yang penting dilakukan karena imunisasi pneumonia ini terbukti dapat memberikan perlindungan tambahan, yaitu untuk melindungi paru-paru selama masa pandemi ini,” jelas dr. Prima Yosephine, MKM.
Imunisasi pneumonia juga penting diberikan untuk pasien-pasien yang memiliki co-morbid atau seseorang dengan penyakit bawaan, para perokok, dan juga pekerja di lingkungan yang berisiko tinggi.