Melihat demografi di Singapura, Erlina mengatakan, varian XBB banyak menyerang kelompok usia muda, yaitu antara 20-39 tahun. Namun, yang banyak dirawat di rumah sakit adalah kelompok lansia di atas 70 tahun.
"Jadi yang muda-muda walaupun banyak terserang dengan XBB ini tapi mereka lebih aman tidak perlu perawatan, yang dirawat adalah yang di atas 70 tahun, karena mungkin imunitasnya turun atau banyak komorbid," ungkapnya.
Lebih jauh kata Erlina, hal yang bisa dipelajari dari kasus ini adalah kehati-hatian pada kelompok lansia.
Sebab, meski secara umum varian XBB cenderung ringan, namun jika menyerang lansia perlu perawatan di rumah sakit. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
"Ditemukan pertama kali di awal Oktober itu di Nusa Tenggara Timur, sekarang sudah ditemukan di Jakarta dengan kasus se-Indonesia sudah di atas 10 orang. Oleh sebab itu, pemerintah telah memperketat surveilans untuk kasus COVID-19 di Indonesia," kata dia.
"Jadi artinya, pasien-pasien yang dirawat saat ini biasanya selain diperiksa PCR juga diperiksa whole genome sequencing agar kita lebih tahu sebenarnya XBB ini sudah berapa banyak di Indonesia. Hingga saat ini masih kisaran puluhan, tapi kita tidak tahu ke depannya. Saya dengar sekarang sudah mulai banyak pasien-pasien yang datang ke rumah sakit," ungkapnya.