Antv – Penyakit kanker serviks menjadi salah satu penyakit dengan angka kasus tertinggi di Indonesia, khususnya yang menimpa kaum perempuan.
Mengutip siaran pers resmi yang diterima ANTVklik pada Rabu, 2 November 2022, di Indonesia sudah tercatat 36.633 kasus baru dan 21.003 kematian akibat kanker serviks pada 2020.
Angka ini menunjukkan terdapat 88 kasus baru dan lebih dari 50 kematian akibat kanker leher rahim setiap hari di Indonesia (Data Observasi Kanker Dunia, Globocan, 2020).
Fakta ini menjadikan kanker serviks sebagai kanker dengan insiden dan kematian tertinggi kedua setelah kanker payudara di Indonesia.
Oleh karenanya, para tenaga kesehatan di Indonesia menggaungkan kiat-kiat mengenali dan mencegah kanker serviks bagi masyarakat. Simak pembahasan lengkapnya berikut ini!
Dalam pertemuan Kelas Jurnalis dengan para awak media pada Rabu, 2 November 2022, Dr. dr. Cindy Rani SpOG-KFER selaku Dokter Spesialis Kandungan & Ginekologi, menjelaskan kanker serviks kerap tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali baru terdeteksi setelah memasuki stadium lanjut.
Namun, terdapat gejala umum dari kanker serviks yang harus diwaspadai, di antaranya, pendarahan vagina yang tidak normal, keputihan yang tidak biasa, frekuensi buang air kecil meningkat, mudah lelah, nyeri saat berhubungan intim, hingga bercak darah di urine.
“Sayangnya, perempuan masih sering takut untuk melakukan kontrol karena stigma dan mitos yang banyak beredar, misalnya takut dicap gemar gonta ganti pasangan. Padahal, meskipun hanya mempunyai satu pasangan seks pun tetap berpotensi tertular HPV apabila pasangannya telah terinfeksi HPV. Selain itu, riwayat keturunan, pola hidup tidak sehat, penggunaan pil KB, hingga belum adanya proteksi dari vaksinasi HPV juga menjadi faktor utama penyebab kanker serviks,” ungkapnya.
Menanggapi banyaknya mitos di masyarakat, dr. Dirga Sakti Rambe, M.Sc, Sp.PD, Dokter Spesialis Penyakit Dalam dan Vaksinolog, menjelaskan perihal vaksinasi atau pencegahan dari kanker serviks itu sendiri.
“Sebelum memahami konsep vaksinasi sebagai upaya pencegahan infeksi sebuah penyakit, masyarakat harus memahami alasan di balik vaksinasi itu sendiri. Tidak bisa dipungkiri bahwa kelompok masyarakat yang belum divaksinasi di Indonesia masih cukup besar. Orang yang tidak divaksinasi harus sakit atau terinfeksi dahulu, baru memiliki antibodi. Tentu ini bukan hal yang diinginkan. Sebaliknya, orang yang sudah divaksinasi lengkap akan memiliki kekebalan optimal sehingga terhindari dari penyakit termasuk kanker serviks." katanya.
“Saat ini, vaksin HPV sudah tersedia di banyak rumah sakit dan klinik, baik jenis bivalen maupun quadrivalent. Saya sangat menganjurkan masyarakat untuk proaktif berdiskusi dengan tenaga medis untuk memastikan perlindungan maksimal dari vaksin yang didapatkan,” lanjut dr. Dirga.
Hadir pula dalam diskusi, Seniman dan Sahabat Kanker, Melanie Subono yang berbagi pengalamannya dalam melawan kanker serviks di usia yang masih terbilang belia.
“Momen itu tidak akan pernah saya lupakan karena terus menjadi pengingat untuk menjaga diri sendiri dan juga orang lain di sekitar. Inovasi kesehatan saat ini sudah semakin berkembang, penyakit yang dikatakan mematikan sekalipun saat ini bisa dicegah. Sekarang saya bisa dibilang cukup tegas mengingatkan keluarga dan teman-teman perempuan untuk segera vaksinasi HPV, terutama bagi yang belum menikah dan aktif secara seksual, serta rutin melakukan tes Pap Smear untuk mencegah dan mendeteksi infeksi HPV sejak dini. Selain itu, gaya hidup sehat dan hubungan seks yang aman dan sehat juga perlu diperhatikan,” kata Melanie.
Di sisi lain, melindungi perempuan dan generasi penerus bangsa bukanlah pekerjaan yang sederhana. Country Medical Lead MSD Indonesia, dr. Mellisa Handoko Wiyono, menyampaikan:
“Sejak mulai beroperasi di Indonesia, MSD secara konsisten melakukan edukasi, khususnya bagi perempuan, dalam pencegahan kanker serviks. Kami percaya, kolaborasi yang solid antara MSD Indonesia, Kementerian Kesehatan, para ahli kesehatan, serta masyarakat akan memperkuat upaya kita bersama dalam melindungi kesehatan masyarakat yang juga sejalan dengan cita-cita Presiden Joko Widodo untuk menciptakan Generasi Indonesia Emas pada tahun 2045,” ujarnya.