Orang-orang yang mengatakan bahwa mereka tidur dua jam atau lebih setelah makan malam memiliki risiko 20 persen lebih rendah dari gabungan kanker payudara dan prostat. Namun, jika digabungkan dengan makan terlambat, risikonya naik hingga 25 persen secara total.
"Studi kami menyimpulkan bahwa kepatuhan terhadap pola makan diurnal (harian) dikaitkan dengan risiko kanker yang lebih rendah. Temuan ini menekankan pentingnya mengevaluasi waktu dalam studi tentang diet dan kanker," kata Dokter Manolis Kogevinas, penulis utama studi tersebut.
Sementara penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mengapa waktu makan mempengaruhi risiko kanker, bukti tertentu menunjukkan bahwa itu bisa jadi karena pola tidur yang terganggu.
Peran Tidur
Badan Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) dari Organisasi Kesehatan Dunia pada tahun 2007 menyimpulkan bahwa kerja shift yang melibatkan gangguan sirkadian, yaitu setiap perubahan pola tidur, kemungkinan besar bersifat karsinogenik bagi manusia, yang berarti bahwa faktor ini berpotensi menyebabkan kanker.
Seperti yang telah dibahas, jam tubuh mengikuti siklus 24 jam, yang mengontrol kapan kita bangun, nafsu makan, suhu tubuh, dan suasana hati kita. Setiap gangguan telah dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker.