Antv – Kritikan beberapa kalangan kepada PSSI yang mengambil langkah naturalisasi pemain untuk memperkuat Tim Nasional, menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Lembaga Pengembangan Olahraga (LPO) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Razikin, sebaiknya dihentikan, karena akan mengganggu psikologi para pemain yang sedang berjuang mengibarkan bendera merah putih dilevel Dunia.
Dalam konteks itu, Menurut Razikin yang juga Ketua DPP Knpi ini, setidaknya kritikan bebrepa kalangan tersebut setidaknya dapat dikelompokkan dalam tidak aspek.
Pertama aspek hukum. Secara hukum, nanturalisasi yang dilakukan PSSI telah memenuhi persyaratan dan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Pasal 20 UU tersebut mengatur bahwa orang asing dapat memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui naturalisasi, dengan memenuhi persyaratan tertentu seperti tinggal di Indonesia selama minimal lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut, mampu berbahasa Indonesia, serta berjanji setia kepada NKRI.
PSSI juga telah melewati prosedur sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan Republik Indonesia. Presiden sendiri telah mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres).
Selain hukum nasional tersebut, PSSI juga tunduk pada regulasi FIFA. Dalam regulasi FIFA, seorang pemain dapat membela tim nasional suatu negara jika dia memiliki kewarganegaraan negara tersebut dan memenuhi syarat-syarat tertentu, seperti belum pernah bermain untuk tim nasional senior negara lain dalam pertandingan resmi.
Kedua aspek Nasionalisme, dalam persoalan ini, yang perlu dilihat ada aspek yang perlu dicermati. Yaitu rasa nasionnalisme pemain naturalisasi dan rasa nasionalisme masyarakat Indonesia terutama yang mencintai sepak bola. Disatu sisi, apakah para pengkritik meragukan proses penanaman nilai-nilai nasionalisme yang dilakukan oleh PSSI dan Pemerintah Indonesia terhadap para pemain Naturalisasi. Para pemain itu telah melewati penggemblengan yang keras kemudian disumpah untuk setia pada NKRI dan itu tercermin pada kesungguhan mereka dilapangan membela Timnas. Kemudi pada sisi yang lain, gelombang dukungan masyarakat Indonesia terhadap Timnas dianggap sebagai bentuk nasionalisme semu? Saya yakin tidak. Kita memberikan dukungan dan bangga kepada Timnas adalah manifestasi dari rasa Naionalisme ketika lagu Indonesia Raya bergemuruh ketika Timnas bermain dikandang lebih-lebih bermain tandang.
Ketiga, adalah soal sistem pelatihan yang dilakukan PSSI. Mari kita lihat kurikulum pelatihan yang dirancang oleh PSSI. Disana sangat jelas, bahwa sistem pelatihan sanga terintegrasi, mulai dari pelatihan diusia dini sampai keatas dan diperkuat dengan sistem pertandingan pada semua level. Itu semua dimaksudkan pada satu tujuan yaitu lahirnya para pemain yang berkelas Dunia.
Razikin berharap polemik yang tidak produktif ini harus dihentikan, karena tidak akan berdampak positif bagi keberlangungan pembangunan Timnas yang kita harapkan kembali masuk dalam pertandingan Dunia. Jadi naturalisasi itu adalah energi baru untuk mensugesti anak-anak Indonesia, saya berharap Ketua Umum PSSI, Erick Thohir tidak perlu ragu mengambil langkah apapun untuk memperkuat Timnas.