Antv – Oleh: M. Nigara/Wartawan Olahraga Senior
ALHAMDULILLAH, terima kasih Veddriq Leonardo, terima kasih panjat tebing, terima kasih Kalimantan Barat. Akhirnya Kontingen Indonesia meraih medali emas lewat Cabang Olahraga Panjat Tebing di nomer Speed putra.
Pemuda berbintang Pisces, kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, 11 Maret 1997 itu menumbangkan lawannya dari China, Wu Peng dengan waktu 4,75 detik. Dalam babak pendahuluan waktu Veddriq sempat lebih baik.
Dimainkan di Le Bourget Climbing Venue, Paris, Kamis (8/8/2024) sore WIB, Veddriq di semifinal mengalahkan Reza Alipour. Sementara, Wu Peng mengalahkan Sam Watson dari Amerika Serikat.
Posisi Indonesia yang sudah beberapa hari berada di posisi 72 klasemen medali, melonjak ke-46.
Keberhasilan ini seperti sekumpulan pengembara yang menemukan oase di perjalanan yang gersang.
Kegembiraan tidak hanya terjadi Paris, jauh di kota Pontianak, keluarga Vaddriq dan kampus Tanjungpura tempat ia menimba ilmu, sontak 'meledak'. Ucapan syukur ke hadirat Allah, tawa dan kegembiraan menggema.
Dan, keberhasilan ini juga bukan akhir dari upaya kontingen Indonesia untuk meraih tambahan medali lagi. Masih ada Rizki Juniansyah, atlet angkat besi di nomor 73 kg.
Rizki akan mengulang drama panjat tebing, bertarung dengan wakil China. Shi Zhiyong adalah salah satu lawan terberat di nomor ini. Kita berharap Rizki mampu mengatasinya sekaligus menambah medali emas dari cabor langganan medali ini.
Meski demikian ajakan Menpora Dito Ariotedjo untuk segera melakukan evaluasi, perlu disambut oleh semua pihak. Kita perlu duduk bareng untuk mencari dan menemukan masalah utama mengapa capaian tidak sesuai harapan.
Terpenting, semua pihak tidak saling tuding dan tidak salah menyalahkan. Tetapi, sama-sama bertekad untuk perbaikan. Siapapun dia (atlet, pelatih, ofisial, termasuk pemerintah dalam hal ini Kemenpora) tentu tidak ingin gagal.
Jadi, jika faktanya medali emas baru berhasil diraih tiga hari menjelang penutupan, itu perlu kita intropeksi diri.
Cabor panahan, bulutangkis, dan angkat besi yang hampir selalu mampu mempersembahkan medali, tiba-tiba nihil, pasti ada yang keliru. Beruntung ada cabor panjat tebing dan bersyukur juga nomor Speed dipertandingkan.
Di Tokyo 2020, ketika cabor panjat tebing pertama secara resmi dipertandingkan, nomor andalan atlet Indonesia tidak dipertandingkan. Kedepan, selain nomor kecepatan, rasanya perlu juga kita persiapkan atlet untuk nomor lainnya.
Emas dari Mas Veddriq Leonardo, sungguh terasa manis yang luar biasa.....
Antv – Oleh: M. Nigara/Wartawan Olahraga Senior
ALHAMDULILLAH, terima kasih Veddriq Leonardo, terima kasih panjat tebing, terima kasih Kalimantan Barat. Akhirnya Kontingen Indonesia meraih medali emas lewat Cabang Olahraga Panjat Tebing di nomer Speed putra.
Pemuda berbintang Pisces, kelahiran Pontianak, Kalimantan Barat, 11 Maret 1997 itu menumbangkan lawannya dari China, Wu Peng dengan waktu 4,75 detik. Dalam babak pendahuluan waktu Veddriq sempat lebih baik.
Dimainkan di Le Bourget Climbing Venue, Paris, Kamis (8/8/2024) sore WIB, Veddriq di semifinal mengalahkan Reza Alipour. Sementara, Wu Peng mengalahkan Sam Watson dari Amerika Serikat.
Posisi Indonesia yang sudah beberapa hari berada di posisi 72 klasemen medali, melonjak ke-46.
Keberhasilan ini seperti sekumpulan pengembara yang menemukan oase di perjalanan yang gersang.
Kegembiraan tidak hanya terjadi Paris, jauh di kota Pontianak, keluarga Vaddriq dan kampus Tanjungpura tempat ia menimba ilmu, sontak 'meledak'. Ucapan syukur ke hadirat Allah, tawa dan kegembiraan menggema.
Dan, keberhasilan ini juga bukan akhir dari upaya kontingen Indonesia untuk meraih tambahan medali lagi. Masih ada Rizki Juniansyah, atlet angkat besi di nomor 73 kg.
Rizki akan mengulang drama panjat tebing, bertarung dengan wakil China. Shi Zhiyong adalah salah satu lawan terberat di nomor ini. Kita berharap Rizki mampu mengatasinya sekaligus menambah medali emas dari cabor langganan medali ini.
Meski demikian ajakan Menpora Dito Ariotedjo untuk segera melakukan evaluasi, perlu disambut oleh semua pihak. Kita perlu duduk bareng untuk mencari dan menemukan masalah utama mengapa capaian tidak sesuai harapan.
Terpenting, semua pihak tidak saling tuding dan tidak salah menyalahkan. Tetapi, sama-sama bertekad untuk perbaikan. Siapapun dia (atlet, pelatih, ofisial, termasuk pemerintah dalam hal ini Kemenpora) tentu tidak ingin gagal.
Jadi, jika faktanya medali emas baru berhasil diraih tiga hari menjelang penutupan, itu perlu kita intropeksi diri.
Cabor panahan, bulutangkis, dan angkat besi yang hampir selalu mampu mempersembahkan medali, tiba-tiba nihil, pasti ada yang keliru. Beruntung ada cabor panjat tebing dan bersyukur juga nomor Speed dipertandingkan.
Di Tokyo 2020, ketika cabor panjat tebing pertama secara resmi dipertandingkan, nomor andalan atlet Indonesia tidak dipertandingkan. Kedepan, selain nomor kecepatan, rasanya perlu juga kita persiapkan atlet untuk nomor lainnya.
Emas dari Mas Veddriq Leonardo, sungguh terasa manis yang luar biasa.....