Tapi, di era awal, para pemain enggan. Namun, saat ini mereka seperti berlomba. Mengapa? Olimpiade dan Piala Dunia adalah tujuan seluruh pemain sepakbola. Dengan menjadi pemain nasional, apalagi jika bisa berlaga di dua event itu, maka otomatis Value mereka akan naik. Itulah yang saat ini menjadi titik keuntungan kita.
Piala Eropa ke-17 ini seperti ingin menegaskan bahwa batas negara, batas pemain, semakin tipis. Jerman, Perancis, Swiss, Inggris, dan Spanyol, 'tak ragu' lagi menggunakan pemain yang tidak murni berdarah negeri mereka.
Secara khusus, sahabat saya Yesayas di podcast, Ray Soccer tv mengulas Lamine Yamal Nasroui Ebana, pemain Spanyol kelahiran 13 Juli 2007. Dari namanya, tidak secuil pun bersentuhan dengan kebiasan nama-nama Spanyol.
Yap, benar. Ayahnya orang Turki asli, dan ibunya wanita Guinea Khatulistiwa, Afrika Tengah, bersebelahan dengan Gabon. Postur dan kulit Yamal, sangat mendekati ibunya, hitam.
Sebagai pemain muda (17), Yamal sempat dikhawatirkan mentalnya. Jika bisa tampil maksimal, banyak pengamat yang menyebutnya sebagai pemain berbahaya. Diharapkan, bisa bersinar terang di Piala Eropa ini. Sekarang Yamal bermain untuk Barcelona.
Pemain berdarah Afrika murni lainnya adalah Nicholas William Artheur. Lahir di kota Pampolana, kota yang menjadi tempat berkumpulnya para jendral Romawi, tahun 75-74 SM, orang tua Nico, asli Ghana.
Gelandang serang tim Matador itu, baru betusia 21 tahun, tapi Luid de la Fuente, sang pelatih, telah memberi kepercayaan penuh pada pemain Athletico Bilbao itu untuk bagu-membahu dengan Alvaro Morata, kapten timnas Spanyol.