Untuk memproduksi itu saya berlajar beberapa bulan di Paris, Prancis. Di stasiun televisi TF1 dan Euro Sport, host production dan broadcasting Ligue1, Prancis.
Sampai kini design produksi itu dipakai di Liga1. Maklum saja, hampir semua kru produksi televisi liga1, saat ini, mantan kru ANTV, yang konsisten dengan karyanya.
Berdasarkan pengalaman, gagal merekam momen sering terjadi. Bahkan gol pun acap tidak terekam. Ini karena kru ketinggalan momen, akibat kurang kosen dan cekatan.
Lantaran itu, disarankan VAR bertahap. Misalnya, di tahap awal, VAR hanya untuk momen offside, dan bola masuk atau tidak ke gawang. Kedua momen itu mudah disorot kamera untuk direkam.
Sedangkan momen lain, seperti bola kena tangan atau pelanggaran keras, tunda dulu. Sebab ini agak sulit disorot dan direkam, visualnya harus close up dan jelas.
Bisa saja terjadi, pemain tim A handsball ada rekamannya. Sementara pemain B handsball luput. VAR jadi berat sebelah, tidak produktif, bakal jadi sengketa.
Ke depan, pelan tapi pasti, fungsi VAR ditambah, seiring dengan ditingkatkannya kualitas tim produksi visual. Sehingga VAR sesuai harapan.