Oleh:
M. Nigara
Wartawan Sepakbola Senior
Antv – OLIMPIADE adalah impian tertinggi bagi seorang atlet, termasuk pesepakbola. Tidak ada seorang atlet pun yang tak ingin tampil di ajang tertinggi di dunia itu.
Tidak mudah untuk bisa ikut olimpiade, itu pasti. Berbagai seleksi dan beragam kualifikasi harus dilewati. Untuk itu, persiapan maksimal menjadi harga mati.
Lalu, siapkah timnas Garuda Muda kita? Kamis (9/5/24) anak-anak asuhan Shin Tae-yong akan menghadapi wakil dari Afrika Barat, Guinea, dalam babak Play Off di Paris. Tiket itu merupakan perpaduan Asia dan Afrika, masing-masing memiliki 0,5, untuk memperebutkan satu tiket tersisa.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, sehari setelah Rizky Ridho dan kawan-kawan dikalahkan Irak, di Qatar, langsung menanyakan apakah semua masih tetap mau mengejar tiket olimpiade?
"Mereka menjawab siap!" kata Etho, sapaan akrab Ketum PSSI.
Menurut Ketum yang juga Menteri BUMN itu, hal tersebut perlu ditanyakan karena sepertinya ada kelesuan. Satu hal normal dalam tim yang dua kali kalah beruntun dan kehilangan tiket langsung ke olimpiade. Apalagi, mereka adalah para pemain muda.
Tidak sampai di situ, para pemain pun setuju dari Qatar langsung ke Paris. Mereka menyadari betapa penyesuaian iklim sangat penting. Di Qatar, 28-33 derajat celsius, sedangkan di Paris saat ini masih sekitar 8-9 derajat. Perbedaan dari panas ke dingin.
Kesempatan
Laga ini sangat penting bagi timnas Garuda Muda untuk bisa meraih tiket Olimpiade Parus, Juli 2024. Namun jauh lebih penting untuk seluruh pemain muda. Keberhasilan bukan harus dengan membusungkan dada. Sebaliknya gagal bukan petaka yang menghancurkan segalanya.
Khusus bagi Marselino Ferdinan dan Witan Sulaiman, dua bintang masa depan. Kritikan rajam, saya menyebutnya demikian, dari berbagai pihak, utamanya dari nitizen, jangan dijadikan sebagai hukuman atas kegagalan saat menghadapi Uzbekistan dan Irak. Tapi, semua itu ditumpahkan karena rasa cinta mereka yang begitu rupa.
Setiap rasa cinta yang berlebihan, jika tidak sesuai dengan harapan, maka kekecewaan bisa tumpah berhamburan. Itulah yang terjadi. Maka, jadikanlah semua sebagai itu pelajaran.
Perlahan-lahan, ingat dan resapi. Jika dalam dua laga terakhir, Marselino dan Witan seperti 'bermain sendiri,' segera sadari dan sikapi. Semua mata, seolah hanya tertuju pada mereka berdua. Ya, begitulah resikonya jadi yang terkemuka.
Jadikanlah lagi ini sebagai kesempatan bagi Marselino dan Witan untuk memperbaiki diri. Jangan justru makin terkunci. Terus cermati dan terus tingkatkan kekuatan. Hanya dengan itu semua harapan bisa didapatkan. Sebagai pemain muda, kisah ini harus bisa dijadikan pelajaran.
Tetap semangat Garuda Muda. Terbanglah dengan gagah perkasa ...