Garuda Muda: "Paris Here We Come !!!"

Garuda Muda: "Paris Here We Come !!!" (Foto : Dok. PSSI)

Antv – Kecintaan masyarakat Indonesia terhadap Tim PSSI U-23 luar biasa besarnya . Sehingga wajar bila ekspetasi kepada Garuda Muda pun tinggi, bahkan ada yang melebihi kepantasan.

Tak ada yang salah. Garuda Muda memang memberi asa, menembus mimpi pecinta sepak bola.  Mereka mengalahkan Australia, Yordania, dan raksasa Korea Selatan, yang tak terkira sebelumnya.

Itulah mengapa kita optimistis, Garuda Muda bisa melangkah ke final dengan mengalahkan Uzbekistan. Sekali pun di relung hati  kita ragu, was-was.  Apakah mungkin bisa  sejauh itu?

Ternyata  Uzbekistan terlalu kuat, sekali pun diwarnai keputusan wasit yang 'membunuh' asa Garuda Muda. Itu sudah berlalu, lupakan. Sekarang, bisakah Garuda merebut juara tiga, dengan mengalahkan Irak??

Mental dan Stamina

Peluang menang dari Irak terbuka. Itu bergantung kepada Garuda Muda. Apakah mereka siap  mental dan  punya stamina bermain dalam tempo cepat seperti saat mengalahkan Yordania, Australia dan Korea Selatan.

Saat melawan Uzbekistan, kekalahan utama bukan perkara teknis dan taktik permainan, tapi masalah mental  dan stamina. Itu membuat Marselino dan kawan-kawan tidak bisa bermain normal, seperti laga sebelumnya.

Mereka  seperti menanggung beban harus menang. Ditambah lagi dengan dianulirnya gol Ferrari, membuat mental pemain semakin down. Di sisi lain, stamina terkuras menghadapi tekanan keras pemain Uzbekistan.

Memang turnamen seperti Piala Asia butuh stamina super ekstra. Melawan Uzbekistan, adalah pertandingan ke lima secara berturut-turut dalam kurun  14 hari. Itu sangat berat dan melelahkan.

Tidak heran, saat lawan Uzbekistan itu, Garuda Muda kehilangan taji. Sering kalah bola,  karena salah umpan, atau kalah duel. Akibatnya Garuda Muda pun sulit ke luar dari tekanan.

Marselino, Witan, Nathan, Arhan, Ivar Jenner tidak seperti di empat laga sebelumnya. Melawan Uzbekistan mobilitasnya terbatas, lebih sering bermain di daerah sendiri. Dari tayangan di televisi terlihat wajah mereka kecapean.

Lawan pun 'kan menghadapi hal serupa?  Memang, tapi jangan lupa.  Uzbekistan merotasi enam pemain di partai semifinal itu. Sementara Garuda Muda hanya dua  pemain, Ramadhan Sananta dan Rio Fahmi.

Melawan Irak adalah laga ke enam dalam waktu 17 hari. Kesiapan mental dan stamina menentukan. Gagal ke final justru jadi cambuk untuk merebut juara tiga. Tuntutan menang jangan lagi jadi beban, justru penambah semangat juang.

Disiplin, Kontrol Emosi

Irak  tentu lawan tangguh. Mereka didukung tujuh pemain yang berkompetisi di negara Eropa.  Tapi secara tim, kualitasnya masih di bawah Uzbekistan. Thailand, bisa mengalahkan Irak 2-0, Garuda Muda pun pasti bisa.

Soal taktik permainan sulit dianalisis, bisa berubah. Yang pasti tipe bermain Irak lebih terbuka. Tidak seperti Uzbekistan rapat menutup semua wilayah. Kabarnya, pemain Uzbekistan bila jaga lawan, saking rapatnya, embusan nafasnya terasa di tengkuk.

Karakter pemainan Irak lebih rengang, mereka lebih senang menyerang. Senjata Irak menyerang  balik dengan cepat dari sayap, diakhiri  umpan  ke mulut gawang, berbahaya. Begitu juga true-pass, bola terobosan dari lini kedua.

Untuk mengatasinya, komunikasi antar pemain Garuda Muda harus jalan. Pemain disiplin dan saling mengingatkan. Jaga arah bola, jaga pula pergerakan lawan di kotak pinalti. Awasi  pemain lini kedua yang menerobos dari belakang.

Ferari, Komang dan Justin Hubner hati-hati membuat pelanggaran. Terutama yang berbuah pinalti dan kartu merah. Kontrol emosi, jangan terpancing. Kasus kartu merah Sananta dan Rizky Ridho jadi pelajaran.

Dalam menyerang, kita berharap Garuda Muda kembali bermain rapi, agresif dan tajam. Perlihatkan lagi serangan terorganisir yang cepat, menusuk, dalam bentuk umpan-umpan pendek, dilakoni tiga sampai empat pemain.

Witan, Marselino, Arhan, Nathan, Ivar, Rio/Fajar kembali berani menusuk dengan bola di kaki, dikombinasi taktik wall-pass. Sementara Rafael Struick tambah liar, membuat kiper lawan repot, dengan shooting  jarak jauhnya.

Tapi sekali lagi semua taktik itu tergantung pada kesiapan mental dan  stamina pemain. Semoga coach Shin Tae Yong sudah membenahinya, sehingga malam ini, penampilan Garuda Muda kembali tokcer, asyiik ditonton.

Sebaliknya, saya (mungkin juga Anfa pembaca) berharap, justru pemain  Irak yang belum balik peak perfomance-nya. Bermain  serba salah. Naah, bila itu terjadi, Garuda Muda akan merebut  tiket Olimpiade Paris 2024.

Lantaran itu, agar mental lebih membaja. stamina lebih  menyala, dan lawan pun terpana, maka Garuda Muda harus berteriak  lantang: "Paris Here We Come!!!"

(Reva Deddy, Jurnalis Pemerhati Sepakbola)