Sea Games-32 Kamboja 2023, Bravo Kontingen Merah Putih, Hasil Terbaik Sejak Sea Games Thailand 2015

Bravo Kontingen Merah Putih Hasil Terbaik Sejak Sea Games 2015 (Foto : Istimewa)

Oleh:
M. Nigara
Wartawan Olahraga Senior

Antv – ALHAMDULILLAH kontingen Merah-Putih akhirnya mampu bertengger di peringkat tiga klasemen perolehan medali Sea Games ke-32, 2023, Kamboja. Alhamdulillah pula, hasil 78 emas, 68 perak, dan 93 perunggu (16/5/2023, jam 14.30) menjadi yang terbaik sejak Sea Games, Thailand, 2015.

Hasil ini merupakan hasil terbaik sejak Sea Games 2015 di Thailand, dan kelima terbaik di luar kita menjadi tuan rumah. Terbaik di Seag, berturut-turut Kuala Lumpur 1989 (102- 78- 71), Manila 1991 (92- 86- 67), Singapura 1993 (88- 81- 84), Manila 1981 (85- 73- 56), keempatnya, Indonesia menjadi juara umum meski tidak sebagai tuan rumah. Terakhir, Phnom Phen 2023 ( 78- 68- 93 sampai Selasa 16/5/23, jam 14.30 ), peringkat ketiga. Apa pun itu, hasil ini membuat napas kita menjadi lega.

Catatan: Perolehan medali Indonesia saat menjadi tuan rumah:

1. 1979
(92 -78 -52)

2. 1997
(194-101-115)

3. 1987
(183 -136- 84)

4. 2011
(114 - 86 - 77)

Awalnya 'nada pesimis' bertebaran lantaran tuan rumah secara serampangan dalam menentukan cabang-cabang olahraga di Seag kali ini. Sebanyak 39 medali emas yang biasa dan bisa kembali kita raih, hilang karena kesewenangan tuan rumah. Maka, jika ada keragu-raguan di hampir setiap sudut kontingen kita, jelang keberangkatan, bisa dipahami.

"Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana." (QS. Ali Imran: 54)

Ibnul Jauzi atau Abu al-Faraj ibn al-Jauzi (508 H-597 H) adalah seorang ahli fikih, sejarawan, ahli tata bahasa, ahli tafsir, pendakwah, menuliskan:  “Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu. Terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu.. maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu..”
(Shaidul Khathir 1/205)

Perasaan inilah yang saat ini sedang dialami oleh seluruh anggota kontingen Indonesia. Allah telah melimpahkan rahmatNya dalam bentuk kesuksesan. Ya, meski belum bisa memenuhi harapan Jokowi untuk kembali menjadi juara umum atau runner up, tapi inilah kontingen terbaik sejak 2015.

Di Thailand 2015, kita menempati posisi ke-5 dengan perolehan (47- 61- 74). Di Malaysia 2017 kita anjlok ketitik nadir, (38- 63- 90) tetap di posisi 5. Tahun 2019, di Filiphina, terjadi lonjakan (72- 84- 111) dan posisi naik ke-4. Di Vietnam (harusnya 2021, karena pandemi Covid, diundur 2022) meski perolehan medali turun menjadi (69- 91- 81)1, tapi kita naik ke posisi ke-3.

Bangkit

Hasil ini hendaknya menjadi pemicu bagi kita semua untuk bangkit. Pemicu bagi para pimpinan cabor, atlet, KONI, dan KOI. Menpora hendaknya bisa memimpin sebagai dirigen dalam sebuah Sports Orkestra. Tanpa kebersamaan, maka nada sumbang akan mengganggu upaya capaian prestasi olahraga kita.

Diakui atau tidak, langsung atau tidak langsung, masih terjadi singgungan, masih terjadi disharmoni di antara stake holder olahraga itu sendiri. Bahkan, 'saling tikam, saling hujam' masih tetap berjalan.

Jika hal itu tetap dibiarkan, maka bukan tidak mungkin olahraga kita kembali memasuki babak kelam. Apa yang terjadi di tahun 2017, tidak boleh terjadi lagi. Pelajaran berharga itu harus menjadi alat sensor bagi semua.

Bayangkan, meski jumlah penduduk kita 280 juta, tidak ada kaitannya dengan prestasi olahraga, perolehan 38 medali emas itu adalah buah dari pertikaian di dalam tubuh dunia olahraga itu sendiri.

Tidak mudah memang untuk menurunkan ego masing-masing, tapi, hanya itu yang bisa membuat kita maju bersama. Harapan kita semua bisa diselesaikan dengan baik. Tidak keliru jika kita berharap banyak dengan Dito Ariotejo, Menpora termuda sepanjang masa.

Ada contoh yang paling menarik. Dito, mampu menyelesaikan pertikaian panjang di tubuh Tenis Meja. Ketika banyak orang-orang tua, pejabat dan tokoh, bahkan kawan serta sahabat tidak bisa menyelesaikannya, di tangan Mas Menteri Ditu, semua berakhir dengan indah.

Pihak Ugro dan Peter Layardi bersepakat menyerahkan masalahnya ke Menpora. Maka, para petenis meja kita pun akhirnya bisa berlaga di Kamboja. Begitu soal yang satu ini. Semoga semua pihak memiliki tekad yang sama.

Bravo olahraga kita!