Dia dikasari secara brutal oleh tim pertahanan Bulgaria pada laga pertama hingga terpaksa absen dalam pertandingan kedua.
Penderitaannya mencapai puncaknya saat melawan Portugal dalam laga berikutnya. Dua ganjalan keras Joao Morais membuat Pele menangis untuk dibawa keluar meninggalkan Goodison Park di Liverpool.
Pele bahkan sempat bersumpah tidak akan pernah bermain lagi dalam Piala Dunia.
"Saya tidak mau mengakhiri hidup saya sebagai orang cacat," kata Pele kala itu.
Syukurlah, sumpah Pele itu tak terlaksana. Empat tahun kemudian dia bermain lagi dalam Piala Dunia Meksiko untuk memimpin apa yang dianggap sebagai tim terhebat sepanjang masa.
Kalau Piala Dunia 1966 dianggap sebagai kemenangan untuk sinisme, maka Piala Dunia 1970 dianggap sebagai sumbangsih terbesar Pele untuk Brazil, yang membuat Brazil sinonim dengan permainan yang indah.
Turnamen 1970 menjadi pembuktian untuk kualitas tinggi permainan Pele. Dia dikenang karena gol-gol yang indah walau tidak sebanyak sebelum itu.
Sebuah gol yang didahului lob indah yang mengecoh kiper Cekoslowakia dari hampir separuh lapangan dan gol ajaib kala melawan Uruguay dalam semifinal adalah salah satu momen terbaik dalam sejarah Piala Dunia.