Catatan Piala Dunia: Menanti Sihir Modric dan Messi

Catatan Piala Dunia: Menanti Sihir Modric dan Messi (Foto : fifa.com)

Antv – "Ini piala dunia terakhir buat saya. Argentina salah satu favorit juara. Tapi di Piala Dunia semua bisa terjadi. Saya akan memberikan semua yang saya punya," kata Lionel Andres Messi, hati-hati, sepekan jelang Piala Dunia Qatar

Sejauh ini Messi memenuhi omongannya. King Leo sudah mencetak empat gol, dan dua assist, dari lima laga. Dia membawa Argentina ke semifinal.  Berarti Messi semakin dekat ke puncak juara, doa utama di setiap ibadahnya. 

"Tak adil bila Messi tidak memegang Piala Dunia," kata Luis Enrique, pelatih Spanyol. "Kali ini Leo akan mendapatkan mimpi besarnya. Dia berhak untuk itu," kata Jorge Valdano, mantan striker legendaris Argentina.

Messi - peraih Ballon D'or, pemain terbaik dunia, tujuh kali - sudah lima kali mentas di Piala Dunia. Di Qatar kali ini adalah pernampilan terbaiknya secara pribadi.

Lionel Messi dan Luca Modric Sama-sama Penerima Ballon D'or. (Foto: Twitter)

Selain mencetak empat gol, Messi  pun sudah tiga kali meraih gelar  man of the match, dari lawan Meksiko, Australia  dan Belanda. "Saya berada dalam kondisi terbaik," ujar Messi. Para pemujanya juga yakin kali ini Messi  akan mendapat hoki. 

Argentina vs Kroasia

Yang pasti, Argentina versus Kroasia,  laga antar dua pesihir sepak bola, Messi dan Luca Modric.  Sama dengan Messi, Piala Dunia Qatar yang terakhir bagi Modric. Mereka berdua kawan tapi lawan, sudah  puluhan kali duel, di panggung El-Clasico, Barcelona versus Real Madrid, dan saling mengalahkan.

Di panggung Piala Dunia, duel Messi vs Modric, baru sekali terjadi. Modric unggul, saat Kroasia  menang 3-0 di tahun 2018. Itu  membalas kekalahan Kroasia 0-1, di tahun 1998, saat Modric dan Messi masih jadi anak gawang. 

Secara keseluruhan Argentina dan Kroasia  lima kali bertemu. Hasilnya imbang, masing-masing dua kali menang, dan sekali seri. 

Di Piala Dunia Qatar ini, rekor kedua negara itu juga mirip. Awalnya tampil lamban, kemudian melaju kencang.

Argentina sempat kalah 0-1 dari Arab Saudi. Sementara Kroasi ditahan Maroko 0-0. Kemudian menang di laga berikutnya. Keduanya pun lolos keempat besar dari menang adu pinalti. Kroasia mengalahkan Brasil 4-2, Argentina menang atas Belanda, 4-3.

Sekarang Kroasia dan Argentina bertemu di semifinal. Ini medan angker. Untuk melakoninya, butuh jimat, keberanian, kerja keras, mental baja dan keberuntungan. Lantas, siapakah  yang akan menang? 

Sulit ditebak. Secara teknis, kedua tim imbang, sama berpelaung untuk menang. Argentina variatif dan tajam dalam menyerang, tapi agak terbuka di pertahanan. Sebaliknya, Kroasia efektif dan jago bertahan, cuma agak kendur dalam menggempur. 

Dari rekor penampilan, dan kualitas pemain, Argentina pantas menang. Itu analisa teknis normal. Masalahnya, di Qatar pertandingan sering berakhir up-normal. Analisa teknik jungkir balik. Jadi yang pas  analisa standar, siapa yang siap dialah pemenang. 

Laga penting  semifinal, memang lebih bergantung  pada non-teknis: kesiapan mental, semangat juang,  dan keberuntungan. Kita berharap Argentina maupun  Kroasia tidak terkena sindrom  day off, alias mendadak bego dan sial. Seperti  nasib Brasil digulung  Jerman 1-7, di semifinal  Piala Dunia 2014. 

Di sinilah, peranan Messi dan Modric menentukan. Merka berdua tak akan man to man, sebab beda wilayah permainan. Messi meneror di lini depan, sementara Modric  gentayangan di lini tengah.

Tapi keduanya, di pos masing-masing, akan menjadi jendral pengatur strategi perang dengan kekuatan "alutsista" nyaris sama. Sejatinya, siapa buruk dalam memimpin, dan salah mengambil keputusan, maka nasib pasukannya akan cilaka. 

Bisa jadi, duel  Modric dan Messi diselesaikan lewat adu pinalti. Tapi janganlah. Tak tega kita melihat pemain maupun pendukung  tim yang kalah menangis pilu, seperti orang dikhianati lalu ditinggal sang kekasih pujaan...  Hahahaha... 

Penulis: Reva Deddy Utama, Wartawan, Pemerhati Sepak Bola.