Dari rekor penampilan, dan kualitas pemain, Argentina pantas menang. Itu analisa teknis normal. Masalahnya, di Qatar pertandingan sering berakhir up-normal. Analisa teknik jungkir balik. Jadi yang pas analisa standar, siapa yang siap dialah pemenang.
Laga penting semifinal, memang lebih bergantung pada non-teknis: kesiapan mental, semangat juang, dan keberuntungan. Kita berharap Argentina maupun Kroasia tidak terkena sindrom day off, alias mendadak bego dan sial. Seperti nasib Brasil digulung Jerman 1-7, di semifinal Piala Dunia 2014.
Di sinilah, peranan Messi dan Modric menentukan. Merka berdua tak akan man to man, sebab beda wilayah permainan. Messi meneror di lini depan, sementara Modric gentayangan di lini tengah.
Tapi keduanya, di pos masing-masing, akan menjadi jendral pengatur strategi perang dengan kekuatan "alutsista" nyaris sama. Sejatinya, siapa buruk dalam memimpin, dan salah mengambil keputusan, maka nasib pasukannya akan cilaka.
Bisa jadi, duel Modric dan Messi diselesaikan lewat adu pinalti. Tapi janganlah. Tak tega kita melihat pemain maupun pendukung tim yang kalah menangis pilu, seperti orang dikhianati lalu ditinggal sang kekasih pujaan... Hahahaha...
Penulis: Reva Deddy Utama, Wartawan, Pemerhati Sepak Bola.