Antv – Turnamen Piala Dunia adalah event empat tahunan dan disebut sebagai pesta sepak bola terbesar. Jadi para fans akan menyambutnya dengan penuh semangat. Namun tahun ini, semangat itu tampak berkurang. Ada sejumlah alasan yang jadi penyebabnya.
Para fans yang akan menyaksikan gelaran Piala Dunia 2022 harus mematuhi banyak aturan, termasuk larangan membawa barang-barang yang dinilai haram di Qatar.
Meski begitu, tak mengurungkan niat para fans untuk berangkat ke Qatar menyaksikan dan mendukung langsung tim nasional negaranya bertanding.
Namun para fans tersebut tak bisa datang begitu saja tanpa memenuhi sejumlah aturan yang ditetapkan pemerintah setempat.
Salah satunya adalah larangan untuk membawa benda-benda yang dinilai haram di Qatar. Di antaranya adalah minuman-minuman beralkohol.
Kabar tersebut dilansir oleh Daily Star. Selain itu para fans tersebut juga dilarang membawa alat bantu seks, materi-materi berbau pornografi, hingga produk-produk yang mengandung babi.
Laporan itu menyebut para fans nanti akan digeledah di sebelum masuk ke Qatar, khususnya di bandara. Jika ditemukan adanya benda-benda tersebut, maka petugas akan menyitanya dan tak akan mengembalikannya.
Tak hanya itu, membawa rokok elektronik atau vape dan bahkan pakaian-pakaian yang dianggap minim juga tak diperbolehkan masuk ke Qatar. Termasuk bisa masuk penjara jika ada yang kedapatan membawa barang-barang selundupan.
Biasanya saat Piala Dunia dilangsungkan, akan ada fans yang akan berpesta. Dan tak jarang pesta itu akan melibatkan bir maupun minuman-minuman beralkohol lainnya.
Namun di Qatar nanti, penjualan bir akan dibatasi. Laporan dari Reuters menyebut bir akan dijual hanya tiga jam sebelum kickoff dan satu jam setelahnya.
Namun selama laga berlangsung, tak akan ada minuman berakohol yang boleh diperjualbelikan. Bir juga tak akan dijual di dalam stadion.
Penjualannya hanya boleh dilakukan di titik-titik tertentu saja di sekitar stadion. Persyaratan ketat penjualan bir ini juga diberlakukan di FIFA Fan Zone.
Bir hanya bisa dijual dari pukul 18.30 petang hingga pukul 01.00 dini hari waktu setempat. Namun fans masih bisa mendapat minuman-minuman beralkohol di hotel-hotel yang ada di Qatar. Namun tentunya harganya tak akan murah.
Akan tetapi hanya dua hari sebelum Piala Dunia 2022 digelar, ada perubahan aturan terkait penjualan bir tersebut. Pemerintah Qatar tak mau ada bir yang dijual di sekitar stadion.
Sebuah pernyataan dari FIFA menegaskan bahwa bir dan minuman beralkohol lainnya akan tetap tersedia di area fan zone, tetapi suporter yang menghadiri pertandingan di stadion, kecuali area perusahaan tersebut - tidak dapat membeli minuman tersebut.
"Setelah diskusi antara otoritas negara tuan rumah dan FIFA, keputusan telah dibuat untuk memfokuskan penjualan minuman beralkohol pada festival penggemar FIFA, tujuan penggemar lainnya dan tempat berlisensi, menghapus titik penjualan bir dari perimeter stadion Piala Dunia FIFA 2022 Qatar."
"Tidak ada dampak terhadap penjualan Bud Zero yang akan tetap tersedia di semua stadion Piala Dunia Qatar. Otoritas negara tuan rumah dan FIFA akan terus memastikan bahwa stadion dan area sekitarnya memberikan pengalaman yang menyenangkan, terhormat, dan menyenangkan bagi semua penggemar."
"Penyelenggara turnamen menghargai pengertian AB InBev dan dukungan terus menerus terhadap komitmen bersama kami untuk melayani semua orang selama Piala Dunia FIFA Qatar 2022." Demikian pernyataan FIFA.
Sementara itu laporan dari Sky Sports menyebut bahwa perubahan aturan secara mendadak ini tak lepas dari pengaruh keluarga kerajaan Al Thani.
Eks Presiden FIFA, Sepp Blatter, sempat angkat bicara terkait keputusan menunjuk Qatar sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022. Ia mengatakan keputusan itu adalah sebuah kesalahan.
"Memilih Qatar adalah sebuah kesalahan. Pada saat itu, kami benar-benar setuju di komite eksekutif bahwa Rusia harus mendapatkan Piala Dunia 2018 dan AS pada tahun 2022," serunya seperti dilansir Sportbible belum lama ini.
"Itu akan menjadi isyarat perdamaian jika dua lawan politik lama menjadi tuan rumah Piala Dunia satu demi satu. Ini negara yang terlalu kecil. Sepak bola dan Piala Dunia terlalu besar untuk itu," tutur Blatter.