Antv – Duka menyelimuti Lamongan saat itu dan tanggal 15 Oktober 2017 akan dikenang sebagai hari paling menyedihkan bagi penikmat sepak bola Indonesia pada umumnya dan warga Lamongan pada khususnya.
Choirul Huda, penjaga gawang gaek Laskar Joko Tingkir, sebutan untuk Persela lamongan, berpulang. Huda meninggal karena dia melakukan insting seorang penjaga gawang.
Seperti dikutip dari bolanusantara.com, Choirul Huda meninggal saat bermain sepak bola, olahraga yang pasti amat sangat dicintainya.
Sebagai penjaga gawang, Choirul Huda wajib menghalau bola agar tak masuk ke lapangan. Wajib hukumnya bagi dia untuk menyelamatkan bola yang akan masuk ke gawang.
Keberaniannya menyongsong bola saat itu sudah jadi bukti ketangguhan Huda di lapangan.
Sebagai penjaga gawang, ia adalah panutan. Insiden kala itu ibarat sebuah pisau tajam yang menusuk dada. Mengejutkan!
Tapi ada pembelajaran yang bisa dikenang dari sosok Choirul Huda.
Seorang kapten yang memilih jalan untuk dikenang sebagai penjaga gawang yang rela melakukan apa saja agar bola tak masuk ke gawang klub yang dicintainya.
Tak banyak pesepak bola di Indonesia yang memilih bertahan di satu klub. Ada satu faktor kunci yang membuat banyak pesepak bola Indonesia memilih menjadi nomaden: finansial.
Pada era Huda, banyak klub di Indonesia memberikan kontrak berdurasi satu musim untuk para pemain.
Klub tak yakin dengan kondisi finansial mereka sendiri jika memberikan kontrak berdurasi lebih dari satu musim. Belum lagi soal amburadulnya pengelolaan kompetisi di Indonesia saat itu.
Masih teringat bagaimana kepastian kick off Liga 1 2017 terus menjadi misteri.
Bahkan rencana menggulirkan kompetisi pada 26 Maret saat itu harus mundur selama empat pekan. Situasi ini tentu menjadi tidak pasti bagi nasib seorang pemain, tak terkecuali Huda.
Namun, berbagai kondisi semrawut di atas tak membuat Choirul Huda geram. Ia memilih untuk bertahan di Persela Lamongan dengan segala ketidakpastian.
Semua itu ia lakukan karena cinta. Ia cinta Lamongan, Persela, dan LA Mania. Persela membalas rasa cinta untuk Choirul Huda dengan kontrak yang selalu mereka berikan.
Mungkin, sudah ada kontrak sedari awal bahwa Persela akan menjadi satu-satunya klub yang akan dibela oleh Huda.
Kisah cinta Choirul Huda dan Persela Lamongan adalah kisah paling romantis dalam sejarah sepak bola Indonesia. Karena sepak bola tak hanya tentang menang dan kalah. Sepak bola lebih dari itu.
Sepak bola memiliki unsur cinta yang membuat segalanya menjadi lebih indah. Dan Choirul Huda, pria yang wafat hari ini lima tahun lalu, memberikan arti cinta yang sesungguhnya.
Untuk mengenang peristiwa benturan maut itu dan untuk mengingatkan lagi agar tidak ada nyawa jadi tumbal dalam sepakbola, youtube kanal @lensa olahraga akan melakukan Tribute to choirul Huda dengan menampilkan pertandingan L-klasiko, Persela vs Persib di musim 2011-2012.
Acara tersebut akan dipandu oleh host Aziz Arriadh dengan mengahadirkan komentator Erwin Fitriansyah.
Jangan lupa saksikan live streaming "Tribute to choirul Huda" di Youtube Lensa Olahraga, Kamis, 20 Oktober 2022, mulai pukul 15.30 WIB.