White Shoes & The Couples Company Jadi Penutup Rangkaian Acara Irama Nusantara

White Shoes & The Couples Company (Foto : Istimewa)

"Pada akhirnya berbicara soal perhatian dari pemerintah, itu sangat bergantung pada apa yang dilakukan (komunitas pengarsipan). Kalau kita tidak melakukan kerja pengarsipan secara sistematis dan relevan, maka itu akan menguap. Sustainability itu penting, itu dari pengalaman saya. Kalau bisa enhance, ini bisa langgeng," kata Hilmar Farid.

Bisik-Bisik Musik menghadirkan sembilan topik menarik terkait industri musik populer, yaitu “Menjaga Arsip Lokananta di Masa Lalu, Kini dan Akan Datang”, “Festival Musik dan Penghadiran Kembali Musik Lawas Indonesia”, “Mengakses Ingatan Musikal Lewat Arsip Visual”, dan “Merekam Kota Lewat Musik.”

Penutupan Rangkaian Irama: Satu Dekade Nusantara juga dirayakan dengan festival musik Irama Berdendang. Sekstet pop asal Jakarta, White Shoes & The Couples Company (WSATCC), didaulat sebagai penampil pamungkas.

WSATCC membuka panggung dengan lagu lawas “Aksi Kucing” ciptaan Oey Yok Siang yang populer pada era ‘50-an. WSATCC juga membawakan lagu-lagu daerah, antara lain “Lembe Lembe”, “Tjangkurileung”, dan “Tam Tam Buku”.

White Shoes & The Couples Company. (Foto: Istimewa)

Repertoar dari WSATCC merepresentasikan potret budaya populer dekade ‘50-an dan ‘60’an di mana banyak penyanyi dan grup musik Indonesia membawakan lagu-lagu daerah.

“Sepuluh tahun lalu kami rekaman di Lokananta, Solo. Spesial bagi kami karena kami merekam lagu-lagu daerah. Ternyata banyak lagu daerah yang bagus dan diaransemen musisi Indonesia ‘60 sampai ‘70-an, dan itu memberikan inspirasi bagi kami,” kata gitaris WSATCC, Yusmario Farabi.