12 Mei 1998 Tengah Malam, 2 Alumni FTUI Temui Panglima ABRI. Ini Yang Dibahas...

agusmuldya (Foto : )

Suasana Jakarta semakin mencekam pasca tertembaknya 4  mahasiswa Universitas Trisakti pada 12 mei 20 tahun silam. Sebelumnya, aksi-aksi mahasiswa banyak digelar di dalam kampus yang intinya menuntut reformasi dan Presiden Soeharto Lengser.Di tengah suasana mencekam dan duka yang mendalam , di kampus UI salemba, sejumlah aktivis mahasiswa dan aktivis alumni  UI menggelar rapat di bekas kantor Rektorat. Hadir saat itu diantaranya Haryadi Dharmawan, Sri Edi Swasono, Hermawan Sulistyo (Kiki). Situasi mulai memanas di lapangan, sementara mahasiswa UI belum bergerak turun ke jalan. Hingga akhir rapat yang digelar di sekretariat Keluarga Besar Universitas Indonesia (KBUI) meminta dua alumni FTU, Bagus Satriyanto dan Agus Muldya Natakusumah menemui Panglima ABRI, Jenderal (TNI) Wiranto di rumah dinas  di Jalan Denpasar, Kuningan Jakarta Selatan.https://youtu.be/I5RHDWGlvIkMeski sempat bertanya dalam hati kenapa dirinya berdua  yang diutus, Agus bersama bagus pun berangkat dari Salemba menuju Kuningan. Sekitar pukul 23.00 WIB, mereka tiba di rumah Wiranto. Menurut Agus, saat tiba, Wiranto tak ada di rumah. Mereka tetap sabar menunggu. . "Kita diutus untuk mengetahui , apa sikap Pak Wiranto sebagai Panglima TNI pasca tewasnya 4 mahaswa Trisakti"Ungkap Agus kepada Antvnewsplus.comPada pukul 2.00 WIB dinihari tanggal 13 mei, Panglima ABRI akhirnya menemui Agus dan Bagus. Agus mengungkapkan jawaban Panglima ABRI Saat itu:" Sebagai Panglima ABRI, saya ada di tengah, ini ada pemerintah dan ada gerakan mahasiswa (yang menuntut reformasi  -red)". Menurut Agus, saat itu Wiranto mengingatkan agar mahasiswa tidak membuat aksi yang memancing kerusuhan. Mereka tak lama bertemu.Pada tangal 13 Mei 1998, Mahasiswa UI pun belum bergerak keluar kampus. Jakarta dilanda kerusuhan pada tanggal 14 Mei 1998. Dua hari kemudian, pada tanggal 16 Februari Agus diminta sejumlah aktivis Alumni UI untuk menggerakkan Mahasiswa yang siaga di Depok menuju gedung DPR. Saat itu Agus menghubungi pemilik Mayasari Bhakti untuk menyewa sebanyak 200 bus. Bus sebanyak itu mengangkut banyak mahasiswa FTUI dan fakultas lain.Untuk memonitor  situasi,  pergerakan dan memobilisasi mahasiswa,  aktivis UI memanfaatkan sebuah radio A  milik seorang alumni  FTUI bernama Reiner Daulay.  Tentu banyak pihak lain  yang berperan dan membantu  gerakan mahasiswa saat itu. Mahasiswa akhirnya bisa masuk ke DPR hingga  Soeharto mengundurkan diri. Kini, setelah 20 tahun reformasi masih banyak PR yang belum tuntas dilaksanakan pemerintah. Korupsi masih merajalela, juga penindasan kelompok pemodal besar  dalam mengusai tanah milik rakyat.Agus kini menjadi koordiantor Gesit Ampera  untuk mendampingi warga yang tanahnya dikuasai pihak lain secara semena-menas meski terlihat sesuai dengan aturan. Memang belum semua agenda reformasi tercapai. Sebabnya pun bermacam-macam. Namun satu hal yang selalu diingat Agus saat itu hingga kini adalah Surat An Nashr: "  Apabila Pertolongan Allah dan Kemenangan telah tiba, dan kamu saksikan umat manusia berbondong-bondong menganut agama Allah, maka semarakkanlah puji-pujian untuk Tuhanmu dan mohonlah pengampunanNya, sungguh Dialah Yang Maha Mengasihani." Nah, mungkin ayat ini juga yang jadi pegangannya saat ditugaskan untuk menemui kelompok  Abu Sayaf  yang menyandera warga Indonesia. Dan Sandera itu pun akhirnya dibebaskan, pulang dengan selamat..