Mengenang H. Azkarmin Zaini, Sosok Sederhana dengan Prestasi Gemilang
Siapapun yang mengenal pribadinya sepakat menyebutnya sebagai orang baik, sopan, tak banyak bicara, sangat jauh dari kesan sombong. Padahal pengalamannya terentang panjang, dengan jabatan mentereng.
Lelaki kelahiran Payakumbuh, Sumatera Barat, 13 Juni 1946 dan dibawa orangtuanya merantau ke Jakarta ketika berusia empat tahun itu, mengawali karir kewartawanannya sejak tahun 1968 sebagai reporter surat kabar Warta Harian.
Enam bulan menjadi reporter di koran yang didirikan Kosgoro itu, Azka diangkat menjadi redaktur. Beberapa bulan kemudian, Ketua Umum PPK (Pimpinan Pusat Kolektif) Kosgoro, Mayjen Mas Isman, menunjuk Azka sebagai Pimpinan Redaksi Warta Harian. Namun nama Azkarmin Zaini dicantumkan sebagai Wakil Pemimpin Redaksi, karena tidak mudah mengubah Surat Izin Terbit (SIT).
Sehari-hari Azkarmin adalah sosok yang berperan sebagai Pemimpin Redaksi Warta Harian tahun 1968-1970. Azka dapat jatah kendaraan dinas sebuah skuter Lambretta bekas. Waktu itu usianya 23 tahun!
Azkarmin pernah dipanggil menghadap Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) Jenderal Soemitro, lantaran dia memprakarsai publikasi “Seri Foto Sejarah Perjuangan Bung Karno” di halaman I Warta Harian.
Sang Jenderal marah dan “memerintahkan” penghentian pemuatan seri foto Bung Karno yang ketika itu sudah bukan presiden lagi. Tapi Azka membandel dan melanjutkan penerbitan Seri Foto Sejarah Perjuangan Bung Karno.
Warta Harian berhenti terbit pada awal 1971, Azka diajak Jakob Oetama untuk bergabung ke Kompas. Meskipun berteman, tetapi proses masuknya tetap lewat lamaran.
Azka harus memasukkan surat lamaran ke kantor Kompas di Jalan Gajah Mada dan melalui semua proses rekrutmen. Azka diwawancarai pendiri sekaligus Pemimpin Umum Kompas Petrus Kanisius Ojong, yang ternyata juga sama-sama orang Payakumbuh!
Azka menjadi wartawan Kompas sejak April tahun 1971 sampai dengan tahun 1990. Dia menapaki karirnya dari bawah lagi sebagai reporter, lalu dipercaya menjadi redaktur daerah, hingga terakhir menjabat sebagai sekretaris redaksi yang mengurusi semua hal di luar aspek redaksional.
Baca Juga :