Generasi 30 Vs Generasi 50 pada Pilpres 2024

Generasi 30 Vs Generasi 50 pada Pilpres 2024 (Foto : )

Caleg DPR RI dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dapil Sulawesi Utara Denny Tewu berpendapat bahwa 'Setiap orang ada eranya dan setiap era ada orangnya' saat ini kondisi perpolitikan di Indonesia sedang terjadi peralihan atau transisi dari para pejuang reformasi yang telah berhasil merebut kekuasaan dari era orde baru ke era generasi millennial atau gen z.

"Peralihan tersebut terasa berat dan awalnya sulit diterima karena terlihat dari kemarahan mereka saat keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) memperbolehkan generasi muda yang berpengalaman sebagai kepala daerah bisa menjadi capres atau cawapres Republik Indonesia," ungkap Denny pada Selasa (26-12-2023).

Imbas diperbolehkannya Gibran Rakabuming Raka mencalonkan diri dalam kontestasi Pilpres lanjut Denny bahkan merembet dengan digantinya Ketua MK dengan berbagai alasan seperti politik dinasti, KKN dan lain sebagainya.

Hal ini tanpa melihat kenyataan bahwa generasi muda Indonesia saat ini sangat mumpuni untuk menjadi pemimpin bangsa dan harusnya mendapatkan kesempatan seperti di negara-negara lain.

Masing-masing pihak ungkap Denny lagi memiliki argumentasinya seperti yang menolak masih berpendapat bahwa generasi muda di usia 30-an dianggap terlalu muda dan belum siap untuk menjadi pemimpin bangsa.

Loncatan generasi dari usia 60-an langsung ke Generasi berusia 30-an tahun dianggap terlalu jauh jaraknya.

Sementara mereka yang setuju bahwa generasi muda usia 30-an sudah bisa dipercaya menjadi pemimpin bangsa karena melihat sudah banyak contoh di negara-negara maju.

"Perancis dan berbagai negara lainnya mempercayai usia 30-an sudah mampu memimpin sebagai kepala negara. Begitupun cukup banyak generasi senior Indonesia yang memiliki kepercayaan tinggi terhadap generasi muda dalam menerima tongkat estafet kepemimpinan," tandas Denny Tewu yang juga merupakan salah satu pendiri Partai Damai Sejahtera (PDS).

Kekhawatiran tidak mampunya Generasi muda memimpin akhirnya sirna ketika Gibran tampil prima dalam sesi debat cawapres belum lama ini.

Kehadiran Gibran yang sangat menguasai materi debat mewakili kaum milenial berpasangan dengan Capres Prabowo Subianto akhirnya lebih lagi mendapatkan dukungan masyarakat yang sangat besar.

Keyakinan masyarakat tersebut mendapatkan pembuktian juga bahwa ternyata Gibran sangat menguasai panggung debat dengan baik saat menghadapi para senior yang berpengalaman.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kemajuan teknologi saat ini membuat para generasi muda dapat belajar dengan cepat dan akurat dalam mengelola administrasi yang lebih baik serta dengan bantuan teknologi mereka lebih akurat mendapatkan dan memahami berbagai informasi terkini.

Bagi Denny Tewu pepatah yang berbunyi siapa yang menguasai informasi akan menguasai dunia, kini pepatah tersebut telah menjadi kenyataan.

"Anak muda di era kini harus diakui lebih cepat menyerap informasi dan lebih tahu pemanfaatan teknologi dibandingkan generasi usia 50-60-an keatas. Gen Z begitu cepat beradaptasi dengan lingkungan kehidupan yang sangat cepat berubah. Mendikbud RI yang muda bisa sukses memimpin para profesor doktor di dunia pendidikan yang terkenal kompleks tersebut," papar Denny.

Disisi lain kehadiran PSI sebagai partai anak muda juga menjadi fenomenal dalam perpolitikan di Indonesia.

Manuver-manuver mereka sangat tidak terduga karena dapat terus mempertahankan brandnya sebagai trendsetter yang selalu menjadi perbincangan yang hangat dalam diskusi-diskusi politik disetiap lapisan masyarakat.

Inilah sebenarnya politik era baru yang diinginkan Jokowi dalam menghadapi Indonesia emas kedepan bersama generasi emas.

Diharapkan generasi senior sebaiknya dapat menjadi jembatan yang baik untuk menuntun para anak muda ini menjadi generasi penerus yang tidak korup dan akan mensejahterakan rakyat Indonesia serta membawa Indonesia menjadi negara besar dunia yang membanggakan.