KLB Leptospirosis Ancam Pacitan, 114 Terinfeksi Bakteri Leptospira. Apa Upaya Dinkes?

KLB Leptospirosis Ancam Pacitan, 114 Terinfeksi Bakteri Leptospira (Foto : Pemkab Kebumen)

Antv –Angka penderita leptospirosis yang disebabkan bakteri dari kencing tikus atau lebih dikenal dengan leptospira, di Pacitan, Jawa Timur, terus mengalami kenaikan signifikan.

Total secara akumulatif, terhitung mulai pertengahan Februari hingga awal Maret 2023 hampir,  tercatat suspect mencapai 500 jiwa.

Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pacitan, dr. Daru Mustikoaji menjelaskan, pasien yang dinyatakan positif sebanyak 114 orang dan tersebar di 12 Puskesmas.

Pihaknya mencatat, kasus tinggi Leptospira berada di 7 puskesmas, di antaranya meliputi Puskesmas Sudimoro, Puskesmas Ngadirojo, Puskesmas Kebonagung, Puskesmas Tulakan, Puskesmas Arjosari, Puskesmas Tegalombo,dan Puskesmas Pakis Baru Nawangan.

"Jumlah angka penderita cenderung meningkat. Perhari rata rata 5 sampai 10 orang datang dengan keluhan atau gejala terinfeksi bakteri leptospira," jelas dr. Daru kepada wartawan, Jumat (03/03/2023).

 

KLB Leptospirosis Ancam Pacitan, 114 Terinfeksi Bakteri Leptospira. (Foto: Antvklik | Agus Wibowo/Pacitan)

 

Menurut dia, alasan belum ditetapkannya kasus Leptospirosis sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) hingga saat ini, karena per Februari 2023, kasusnya belum melampaui atau belum ada peningkatan 100 persen.

Jika angka kasus kian merebak bahkan mewabah, maka tidak menutup kemungkinan status KLB bisa segera ditetapkan.

Namun hingga saat ini, upaya pencegahan guna menekan angka kasus penyebaran bakteri leptospira di Pacitan, masih belum sepenuhnya berjalan. Hal ini memicu, masih berpotensi terjadi penyebaran.

Dari total penderita yang dinyatakan meninggal, sudah mencapai 6 orang.

Menyikapi kondisi itu, warga masyarakat Pacitan dibantu TNI/Polri dan relawan melakukan penangkapan tikus secara serentak, dengan menggunakan trap yang saat ini sudah terpasang 50 buah di Kecamatan Nawangan.

 

KLB Leptospirosis Ancam Pacitan, 114 Terinfeksi Bakteri Leptospira. (Foto: Antvklik | Agus Wibowo/Pacitan)

 

Tikus yang tertangkap akan diserahkan ke Dinas Kesehatan untuk dilakukan identifikasi dan pengambilan ginjal, agar diperiksa di laboratorium. Dengan metode PCR, petugas akan mengetahui ada tidaknya bakteri Leptospira, pada hewan mengerat tersebut.

Disamping itu, pengendalian rodent secara mandiri petugas Puskesmas  biasa menggunakan metode On the Job Training, Trapping, identifikasi, dan bedah tikus.

Sebagai informasi, Leptospirosis sempat menjadi penyakit yang mengemuka dan kemunculannya cukup menggemparkan pada awal tahun 2017 lalu.

Dari 34 penderita, tercatat 7 pasien dinyatakan meninggal saat dirawat di RSUD dr. Darsono Pacitan.

Masyarakat diminta untuk tetap waspada, terhadap sebaran bakteri leptospira. Dari total 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan, 7 kecamatan menjadi sebaran tertinggi kasus.