Antv – Pihak Washington pada hari Jumat (24/2/2023), tepat pada peringatan 1 tahun invasi Rusia di Ukraina, secara resmi mengumumkan bahwa Amerika Serikat (AS) akan kembali memasok alat persenjataan kepada Kyiv dengan nilai ditaksir mencapai 2 miliar dollar AS (Sekitar Rp 30,7 kuadraliun pada kurs 1 USD = Rp 15.350) yang dilaporkan untuk mengantisipasi serangan pada musim semi.
Selain itu, dilansir dari reuters, Pemerintah AS juga mengumumkan sanksi baru terhadap Rusia dan sekutunya berupa aturan serta tarif baru pembatasan ekspor yang ditargetkan untuk melemahkan kemampuan Moskow melanjutkan peperangan.
Kendati demikian, Rencana memasok tambahan persenjataan tersebut tidaklah termasuk pesawat jet tempur F-16 seperti yang diminta oleh pihak Ukraina, tetapi juga termasuk tambahan amunisi untuk sistem artileri roket andalan AS yakni High Mobility Artillery Rocket Systems (HIMARS) serta berbagai macam tipe pesawat nirawak seperti Switchblades dan the Cyberlux K8.
Pernyataan resmi tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Pers Kementerian Pertahanan AS, Brigjen Patrick Ryder lewat konferensi pers.
"Tambahan pasokan itu termasuk sistem canggih pesawat nirawak dan pesawat tangkal nirawak (C-UAS) serta perlengkapan deteksi peperangan elektronik, begitu pula stok amunisi untuk artileri dan kemampuan menembak secara presisi," kata Brigjen Patrick Ryder
"Perlengkapan baru serta pelatihan tersebut yang diberikan kepada pasukan Ukraina itu tidak hanya memberikan mereka kemampuan untuk bertahan saja tetapi juga bisa melakukan strategi penyerangan dengan tujuan untuk mengubah keseimbangan dalam pertempuran," tambahnya
Sementara itu, Pendanaan untuk semua tambahan pasokan senjata berasal dari dana yang dikenal sebagai Dana Inisiatif Bantuan Keamanan Ukraina yang memberikan peluang bagi Pemerintahan Biden membeli persenjataan dari industri bukan dari stok persediaan senjata AS
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Llyod Austin mengatakan bahwa AS telah memenuhi komitmen bantuan militer untuk Ukraina senilai 32 miliar dolar AS (Sekitar Rp 537,25 kuadraliun pada kurs 1 USD = Rp 15.350) selama setahun terakhir, termasuk bantuan 8.500 rudal anti tank Javelin dan 38 buah HIMARS.
Sementara itu, pekan lalu, Rabu 22 Februari 2023, Moskow mengecam tindakan Washington yang telah memasok senjata ke Kyiv dalam jumlah besar yang berujung pada penangguhan partisipasi Rusia pada pakta pembatasan nuklir START.
Mengutip dari Anadolu Agency, Salah satu kecaman datang dari Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev yang mengatakan di Telegram bahwa tindakan AS memasok senjata ke Ukraina merupakan kesalahan besar yang lahir dari "mania grandiosa" AS sehingga Rusia berhak membela diri dengan senjata apapun termasuk senjata nuklir.
Dmitry Medvedev yang merupakan mantan Presiden dan Perdana Menteri Rusia itu mengisyaratkan bahwa perang akan berakhir jika AS berhenti memasok senjata ke Ukraina.
"Jika Rusia menghentikan operasi khususnya, tanpa meraih kemenangan, maka tidak akan ada Rusia, negara ini akan hancur. Jika AS berhenti memasook senjata ke rezim Kyiv, perang akan berakhir," ujar Dmitry Medvedev yang dikutip dari laman Anadolu Agency