Antv – Dalam rekaman video resmi yang dirilis oleh Kremlin, Presiden Rusia Vladimir Putin kembali menegaskan bahwa Pemerintah Rusia akan terus mempercepat program pembangunan kekuatan Nuklirnya, bahkan Pemerintah Rusia akan memproduksi rudal jelajah hipersonik Zircon secara massal dalam waktu dekat.
Hal tersebut disampaikan oleh Putin dalam pidato menyambut hari libur nasional Hari Pembela Tanah Air Rusia (Defender of the Fatherland day) pada Kamis 23 Februari 2023. Putin juga menyampaikan bahwa Rusia akan terus mempersenjatai pasukan tentaranya dengan peralatan paling mutakhir.
"Seperti pernyataan saya sebelumnya, kami akan fokus menambah kekuatan triad nuklir kami," ujar Putin mengenai triad nuklir yang berbasis di darat, laut dan udara.
Putin menyatakan bahwa untuk pertama kalinya, rudal balistik antar benua Sarmat yang mampu memuat beberapa hulu ledak nuklir sudah tersedia dan siap dikirim pada tahun ini.
"Kami juga akan melanjutkan produksi massal sistem persenjataan rudal jelajah hipersonik udara-ke-permukaan Kinzhal dan menimbun pasokan rudal jelajah hipersonik berbasis laut Zircon secara massal," tambahnya.
Pernyataan Putin ini untuk kembali menegaskan pernyataan dirinya pada Selasa 21 Februari 2023 bahwa Rusia menyatakan diri menangguhkan partisipasi dalam perjanjian pembatasan senjata strategis atau START (Strategic Arms Reduction Treaty), sebuah pakta pengendalian nuklir antara Rusia dan Amerika Serikat terakhir yang tersisa.
Pada tahun 2010 silam, Isi perjanjian START menitikberatkan pada permasalahan pembatasan kepemilikan nuklir bahwa masing-masing negara yang berpartisipasi tidak boleh memiliki kekuatan nuklir melebihi 1.550 hulu ledak nuklir serta jarak jelajah rudal jarak jauh serta bom maksimal 700 mil (sekitar 1.127 kilometer).
Periode perjanjian itu sendiri bakal berakhir pada tahun 2026 mendatang.
"Saya harus mengumumkan bahwa Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian START Baru," ujar Putin dalam pidato kenegaraannya di Gedung Parlemen Rusia, dikutip dari Aljazeera.
"Rusia tidak menarik diri dari perjanjian, tetapi menangguhkan partisipasinya," tambahnya yang disambut riuh tepuk tangan.
Sementara itu, dilansir dari voaindonesia, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyebut pengumuman Rusia itu sangat disayangkan dan tidak bertanggung jawab.
"Kami akan mengawasi dengan cermat apa yang sebenarnya dilakukan oleh Rusia," ujar Antony Blinken
Antony juga menegaskan bahwa Amerika Serikat tetap siap untuk melakukan pembicaraan dengan Rusia tentang pembatasan senjata strategis tanpa batas waktu.